kalimat pembuka novel terbaik
Sudut Rak

5 Kalimat Pembuka Novel Terbaik (Best Opening Line)

5 Kalimat Pembuka Novel Terbaik– Kalimat pembuka novel adalah kalimat yang pertama kali kita jumpai pada bagian pertama novel. Kalimat pembuka (opening line) yang menarik akan membuat pembaca semakin penasaran untuk terus menekuri halaman demi halaman buku. Kalimat pembuka adalah impresi pertama yang dijumpai pembaca saat mereka membaca sebuah cerita. Jika buku atau novel diibaratkan rumah, maka kalimat pembaca adalah pintunya. Di pintu rumah biasanya tamu disambut. Sambutan yang hangat dan ramah tentu saja memberikan kesan yang baik bagi tamu yang berkunjung. Tetapi jika tamu mendapat sambutan yang enggan, acuh tak acuh, wajah yang judes, bisa jadi tamu tidak mau lagi bertandang ke rumah kita. Seperti halnya dengan kalimat pembuka. Kalimat pembuka terbaik dari novel juga menjadi salah satu daya pikat pembaca. Pada tulisan kali ini aku ingin membagikan beberapa kalimat pembuka terbaik yang kutemukan dalam novel-novel yang pernah kubaca.

Aku memilih novel-novel ini karena menurutku novel tersebut memiliki kalimat pembuka yang menarik. Kalimat pembuka novel-novel ini tidak biasa, tidak banyak basa-basi, langsung menuju ke permasalahan cerita atau pikiran penulis. Kalimat tersebut kadang menggelitik, kadang membuat penasaran, kadang bikin manggut-manggut. Berdasarkan yang kubaca, ada lima buku yang memiliki kalimat pembuka atau opening line, terbaik. Opening line dari novel-novel ini juga bisa dijadikan contoh kalimat pembuka novel yang menarik. Barangkali ada teman-teman penulis atau yang sedang dapat tugas menulis karangan dan butuh inspirasi tentang kalimat pembuka terbaik, teman-teman bisa lihat buku-buku di bawah ini.

Kalimat Pembuka Novel Terbaik

Berikut ini beberapa kalimat pembuka terbaik dari novel-novel karya penulis ternama.

“It is a truth universally acknowledged, that a single man in possession of a good fortune, must be in a want of a wife.”

Kalimat tersebut merupakan opening line dari novel Pride and Prejudice karya Jane Austen. Kalau dipikir-pikir benar juga kan ya awalankalimat pembuka novel Pride and Prejudice ini. Halyang lazim kalau lelaki yang sudah mapan tapi single mencari pendamping hidup. Rasanha hidup belum lengkap kalau belum punya pasangan. Kalaupun lelaki itu tidak berniat menikah, mungkin orang-orang sekitar akan menanyakan calon istrinya, atau keluarganya yang berniat mencarikannya istri.

Baca juga: Ulasan novel Pride and Prejudice

“Natal tak akan berkesan tanpa hadiah,” gerutu Jo yang masih berbaring di karpet. “Sungguh tidak enak jadi orang miskin!” Meg mengeluh sambil memandang baju usangnya.

Novel Little Women yang ditulis oleh Louisa May Alcott diawali dengan percakapan sambat gadis-gadis March. Sebenarnya lanjutan dari kalimat pembuka ini masih menarik. Akan tetapi, dua contoh dialog tersebut kurasa cukup untuk menunjukkan bahwa kalimat pembuka novel ini cukup menarik. Keluhan tokoh-tokoh ini menunjukkan masalah yang dihadapi tokoh-tokohnya. Bagaimana mereka menghadapi hari-hari mereka? Akankah mereka terus menerus sambat? Ulasannya bisa dibaca di sini.

“Aku makelar kopi, dan tinggal di Lauriergracht No. 37, Amsterdam. Aku tidak terbiasa menulis novel atau karya semacam itu. Oleh arena itu, perlu waktu lama sebelum aku bisa memutuskan untuk memesan beberapa rim kertas ekstra dan memulai buku ini yang, pembaca budiman, baru saja  kau pegang …”

Memangnya kenapa kalau ia makelar kopi? Apa hubungannya makelar kopi dengan tulis menulis? Kalau memang ia tidak terbiasa, atau mungkin tidak menyukai menulis fiksi, mengapa ia repot-repot memaksakan diri untuk menulis? Tetapi beginilah kalimat awalan novel Max Havelaar yang ditulis oleh Multatuli atau Eduard Douwes Dekker. Kalimat pembuka yang bernada pamer sekaligus ingin memberitahukan sesuatu penting kepada pembaca, seolah ia telah melakukan hal besar. Apakah benar demikian? Maaf aku belum membacanya sampai selesai, baru bagian awal. Nanti kalau sudah selesai membaca kuberikan ulasannya.

“Di penghujung musim dingin usia ke tujuh belasku, Mom menyimpulkan aku depresi.”

Ini adalah opening line dari novel The Fault in Our Stars karya John Green. Bukankah awalan ini menimbulkan pertanyaan, mengapa ia bisa sampai depresi? Memangnya dia punya masalah apa? Mengapa ibunya bisa menyimpulkan demikian? Apakah ibunya seorang psikolog atau psikiater? Nah, pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan membuat pembaca penasaran dengan kelanjutan ceritanya.

“Lelaki tua yang pergi ke laut seorang diri dalam perahunya di Arus Teluk itu telah berlayar selama delapan puluh empat hari tanpa membawa hasil tangkapan seekorpun.”

Kalau dibayangkan, sungguh kalihan sekali seorang kakek tua melaut sendirian selama delapan puluh empat hari tetapi belum berhasil menangkap seekor ikan pun. Bagaimana orang setua itu bisa bertahan dengan ombak dan badai? Mengapa orang tua itu masih jadi nelayan? Kenapa ia idak mendapatkan ikan, padahal sudah lama pergi ke laut? Apakah umpannya kurang? Apakah kapalnya karam? Atau cuaca buruk? Atau kemampuannya menangkap ikan sudah berkurang? Ke mana keluarganya? Apakah keluaranya tidak memikirkannya? Tapi…tapi… memangnya setua apa lelaki itu? Pada kalimat pembuka belum disebutkan umurnya tetapi aku sebagai pembaca sudah menduga-duga. Ini yang membuat awalan novel The Old Man and The Sea (Lelaki Tua dan Laut) karya Ernest Hemingway ini menjadi salah satu contoh kalimat pembuka novel yang menarik.

Itulah kalimat pembuka novel terbaik yang pernah kubaca. Kalimat pembuka novel yang menarik tidak melulu tentang diksi yang indah atau bahasa yang mendayu-dayu, tetapi yang memberikan pernyataan yang mengetuk pikiran dan nurani pembaca, serta mampu membuat pembaca penasaran, dan bertanya-tanya tentang ceritanya.

Menurutmu seperti apa kalimat pembuka novel yang menarik? Kalau kamu pernah menemukan best opening line dari novel, boleh dong kasih tahu bagaimana kalimatnya, dan dari buku apa?

Satu Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *