novel Memoar Seorang Dokter Perempuan
fiksi,  ulasan

Ulasan Novel Memoar Seorang Dokter Perempuan Karya Nawal El Saadawi

Novel Memoar Seorang Dokter Perempuan merupakan novel yang ditulis oleh seorang sastrawan Mesir yang juga seorang dokter, Nawal El Saadawi. Novel ini sempat dilarang beredar oleh pemerintah Mesir karena kontroversial. Novel Memoar Seorang Dokter Perempuan ini akhirnya terbit tetapi beberapa bagian naskah dihilangkan setelah disensor pemerintah.

Identitas Buku

Judul: Memoar Seorang Dokter Perempuan

Pengarang: Nawal El Saadawi

Penerjemah: Kustinyati Mochtar (bukan terjemahan dari bahasa sumber)

Penerbit: Yayasan Obor Indonesia

Tahun terbit: 2005 (cetakan ke-2)

Ukuran buku: xvi + 110 hlm, 11 x 17 cm

ISBN: 979-461-067-4

Sinopsis Novel Memoar Seorang Dokter Perempuan

Seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya hidup dalam lingkungan keluarga yang patriarki. Ketika kecil, ia mendapat pelecehan dari pamannya dan sepupunya. Ibunya juga selalu mengekang dan membatasi ruang geraknya. Sebagai seorang anak perempuan ia mendapat banyak stigma. Ia bahkan merasa benci pada tubuhnya sendiri yang mendatangkan malapetaka karena dilecehkan laki-laki. Ia benci dengan keperempuanan yang ada pada dirinya. Pegalaman biologisnya sebagai perempuan dianggap sebagai hal yang tabu dan memalukan.

Ia melanjutkan pendidikan di fakultas Kedokteran. Ia pernah melihat betapa orang tuanya dan saudara laki-lakinya menaruh hormat kepada seorang dokter. Dengan ini pula ia membalaskan dendam masa kecilnya atas segala diskriminasi yang diterimanya. Akan tetapi, di ranah perkuliahan pun, ia masih saja diremehkan oleh teman-temannya yang semuanya laki-laki. Menjadi dokter membuatnya mengetahui hakekat tubuh manusia, laki-laki dan perempuan, yang tak lebih dari seonggok daging dan tulang. Laki-laki, yang selama ini selalu diangung-agungkan oleh keluarganya dan masyarakat, akan tergeletak tak berdaya ketika menjadi pasien dan menjadi mayat.

Dengan menjadi dokter, ia memang mendapatkan apa yang ia impikan. Banyak orang-orang menaruh hormat dan menghargainya. Akan tetapi banyak juga orang-orang yang menentangnya, bahkan dari kalangan keluarganya. Bagaimanapun juga, perempuan yang berpendidikan tinggi masih menjadi hal yang asing di tanah kelahirannya. Oleh karena itu, apa yang ia capai dianggap sebagai sebuah ketidakwajaran bagi seorang perempuan dan terlalu melampaui batas. Akan tetapi ia telah biasa menghadapi pergolakan sejak kecil. Pengalamannya menjadi dokter telah memberinya banyak gambaran realita kekejaman dari tradisi dan hukum. Ia menangani berbagai pasien yang menjadi korban kekejaman tirani dan tradisi.

Kebencinnya terhadap tatanan sosial yang merugikannya membuatnya tak selalu menikmati hidup. Ia merasakan kehampaan. Ia telah bertemu dengan banyak lelaki, menguliti kepribadian dan isi pikirannya. Bahan ia sempat menikahi salah satu dari mereka meski pernikahan itu tidak bertahan lama. Ia terus mencari makna hidup. Hingga ia akhirnya menemukan cintanya.

Baca juga: sinopsis novel The Professor-Charlotte Bronte

Memoar Seorang Dokter Perempuan

Novel Memoar Seorang Dokter Perempuan ini dicetak dengan sampul bernuansa hijau dengan seorang perempuan berjas putih. Perempuan itu menggambarkan tokoh utama novel ini yang merupakan seorang dokter perempuan. Di belakang perempuan itu ada sebuah bangunan rumah yang dilukis dengan sedikit abstrak dengan sebuah pohon palem di sampingnya. Rumah bentuk persegi khas Arab dan pohon palem itu merupakan simbol latar cerita yang berada di Mesir. Sampul buku ini adalah wujud abstrak dari isi cerita novel ini.

Penghapusan beberapa bagian cerita ini tentu membuat cerita ini seperti terpotong-potong. Akan tetapi jalan ceritanya tetap bisa dipahami. Buku ini tidak diterjemahkan dari bahasa sumber (Arab), melainkan dari terjemahan bahasa Inggris. Sejauh ini tidak ada masalah pada penerjemahan.

Novel Memoar Seorang Dokter Perempuan merefleksikan bagaimana Mesir memandang perempuan. Jika melihat peristiwa yang ada dalam cerita, maka betapa tatanan sosial masyarakat setempat tidak aman untuk ditinggali perempuan. Jika melihat realita sosial masyarakat Mesir pada saat itu, dan bagaimana latar belakang cerita ini ditulis, maka penulis cukup berani menanggung resiko yang cukup besar. Bagaimana tidak? Novel ini mendobrak penindasan terhadap perempuan yang justru selama ini dilanggengkan oleh negaranya sendiri.

Permasalahan yang diangkat dalam novel ini bukan lagi sebatas masalah yang ada di negara penulis. Akan tetapi hampir setiap negara terdapat kasus diskriminasi terhadap perempuan. Masalah yang cukup kompleks itu tertuang dalam buku kecil dan tipis ini. Buku ini kecil dan tipis, tapi menyajikan masalah yang besar. Oleh karena itu, tidak heran jika novel Memoar Seorang Dokter Perempuan banyak dijadikan bahan kajian akademik.

Jika kamu menyukai novel yang mengangkat konflik sosial dengan bahasa yang lugas, novel ini bisa menjadi salah satu rekomendasi bacaan. Novel ini juga bisa menjadi bacaan bagi kamu yang tidak suka membaca buku tebal-tebal. Fisik buku yang kecil dan tipis ini juga memudahkan kita untuk membawanya ketika bepergian. Selebihnya, novel ini menarik untuk menjadi bahan diskusi.

Satu Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *