Novel-Novel yang Bahasanya Indah, Kamu Harus Membacanya
Halo, teman-teman semua! Bertatap kembali di Memori Buku. Di Sudut Rak kali ini ada sesuatu yang menarik untuk kita bahas. Aku telah mengumpulkan beberapa buku-buku yang memiliki bahasa yang indah. Ya, kita akan membahas novel-novel yang bahasanya indah. Novel-novel tersebut diambil dari beberapa novel yang pernah kubaca. Bagaimana? Teman-teman tertarik? Baca rekomendasi novel-novel yang bahasanya indah ini sampai akhir ya!
Daftar Isi
Rekomendasi Novel-Novel yang Bahasanya Indah
Bunga layu di tepi sungai Dipetik oleh seorang musafir Buku bagai senandung serunai Diketik oleh para penyair
Buku bersikan rangkaian kata-kata. Kata-kata adalah bagian dari bahasa. Kata-kata yang indah adalah salah satu daya tarik sebuah karya fiksi. Buku yang bahasanya menarik juga membuat pembaca tidak cepat bosan dan ingin terus membalik halaman demi halaman. Jika sebuah buku novel diibaratkan dengan taman, kata-kata adalah bunganya. Novel atau buku yang bahasanya indah ibarat taman yang penuh dengan bunga warna-warni. Bunga-bunga itu akan menarik lebah dan kupu-kupu untuk mendekat dan menghampirinya, seperti kata-kata yang menarik dan memikat pembaca buku.
Lalu buku-buku seperti apa yang memiliki bahasa indah? Berikut ini adalah novel-novel yang bahasanya indah menurut penilaianku. Tentu saja ini bersifat subjektif.
Tenggelamnya kapal Van Der Wijck-HAMKA
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan novel Indonesia karangan HAMKA. Novel ini terbit pertama kali pada tahun 1938. Teman-teman familiar dengan nama tokoh Hayati dan Zainudin? Tokoh-tokoh tersebut berasal dari novel karya Hamka ini. Zainudin dan Hayati saling mencintai tetapi mereka tak bisa bersama. Keluarga Hayati menolak Zainudin. Mereka menjodohkan Hayati dengan pria yang lebih kaya dan kedudukannya diangap lebih tinggi dari Zainudin. Novel yang bernuansa melankolis ini bahasanya tidak bisa kita remehkan. Kata-katanya seperti tetesan embun dan hembusan angin. Meresap lembut ke dalam hati. Bagiku novel ini diksinya juara. Novel karya Hamka ini terasa seperti syair tetapi tidak kebanyakan simbol. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck juga salah satu karya sastra Indonesia terbaik yang pernah kubaca. Kuberikan contoh kata-katanya pada gambar di bawah ini. Tetapi ini belum mewakili semuanya. Ini belum seberapa. Kalau ingin tahu lebih jauh, teman-teman bisa membaca bukunya langsung.
Jauh … kata ayahnya, jauh benar negeri itu, jauh di balik lautan yang lebar, subur dan nyaman tanamannya. Ayahnya berkata, jika Mengkasar ada Gunung Lompo Batang dan Bawa Kara Eng, di kampungnya pun ada dua gunung yang bertuah pula, ialah Gunung Merapi dan Singgalang. Di Gunung Merapi ada talang perindu, di Singgalang ada naga hitam di dalam telaga di puncaknya. Jika disebut orang keindahan Bantimurung di Maros, di negerinya ada pula air mancur yang lebih tinggi. Masih terasa-rasa di pikirannya keindahan lagi serantih yang kerap kali dilagukan ayahnya tengah malam. Ia tak tahu benar apakah isi lagu itu, tetapi rayuannya sangat melekat dalam hatinya.
hlm. 3
Selain itu penulis juga kerap menyisipkan sajak-sajak kecil yang indah.
Ombak putih-putih, Ombak datang dari laut. Kipas lenso putih, Tanah Mengkasar sudah jauh ... (hlm. 21)
Layla, Seribu Malam Tanpamu-Candra Malik
Novel bertema tasawuf ini juga memiliki gaya bahasa yang indah. Keindahan kata-kata dalam novel ini secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh latar belakang penulis yang merupakan seorang penyair. Bahasa novel ini tidak mendayu-dayu tetapi terasa puitis. Tidak berlebihan. Pas untuk sebuah fiksi spiritual, mistis, dan dibumbui dengan unsur romansa seperti ini. Selain bahasanya yang indah, novel ini juga menuliskan banyak pikiran yang baru buatku. Tapi tidak membuat overthingking ya. Intinya seperti renungan tentang hakekat keberadaan kita dan keberadaan Tuhan. Novel karya Candra Malik ini dituliskan dengan apik dan tidak berbelit-belit.
LAYLA. Kamu memandangiku tanpa berkedip. Matamu seperti menyimpan linangan yang bisa sewaktu-waktu jatuh ke pipi dan membasahi halaman majalah ini. Meski hanya potret, aku merasakan betul kehadiranmu. Perjumpaan ini telah kunantikan seumur hidup. Satu tahun, bahkan lebih, hampir enam bulan lebihnya, sejak kita terakhir bersua di Surabaya, bukan waktu yang sekejap, Layla. Masih ingatkah kau kepadaku? Aku Lail. Wallaili Wannahar. Tamu di majelis tasawuf malam itu. Akulah yang kamu tanya bagaimana cara kita mencari mursyid. Sejak saat itu aku seperti kena kutuk dari jawabanku sendiri. …
Hlm. 206-207
Majnun Sejak Berjumpa Layla-Candra Malik
Majnun Sejak Berjumpa Layla yang ditulis oleh Candra Malik ini adalah novel lanjutan dari Layla, Seribu Malam Tanpamu. Sama seperti novel pertamanya, bahasanya masih sama indahnya. Maknanya juga dalam. Kalimat pembuka ceritanya saja sudah membuatku tersihir dengan kata-kata sekaligus is kalimatnya. Seperti ini pembukaannya.
“Pada mulanya, setiap manusia niscaya sendiri. Dan pada akhirnya akan kembali sendiri. Meskipun dikerumuni oleh segala yang bernama keramaian, ia mengalami kesepian. Sebab, kau tahu, ramai adalah sehimpun sepi. Di dalam keramaian, berkumpul kesepian. Masing-masing ramai dengan sepinya sendiri-sendiri. Ramai yang sepi. Demikian juga aku, kau. Kita.”
Bagaimana? Bagus, bukan? Kalau menurutku sih bagus. Meski gayanya terasa filosofis tetapi tidak selalu melankolis. Jika kita sudah membacanya sampai tenagh-tengah, kita akan menemukan bagian yang lucu dengan gaya bahasa yang jenaka. Novel ini juga cukup menghibur meski mengangkat tema yang cukup dalam dan filosofis. Meski sudah kucantumkan kutipan paragraf pembuka di atas, kutambahkan juga kutipan yang lain biar lebih greget.
ENGKAU melepasku di bawah pohon-pohon Bungur. Dihujani guguran daunan merah jambu. Kuketuk kaca pintu untuk mengakhiri perjumpaan kita, namun engkau memilih untuk bertemu lagi. Dari bibirmu yang basah oleh kecupku, aku rasa, engkau tak rela aku pergi.
Hlm. 1
Pingkan Melipat Jarak-Sapardi Djoko Damono
Ahai! Siapa lah yang tak kenal dengan sastrawan satu ini, Sapardi Djoko Damono. Pingkan Melipat Jarak adalah novel kedua dari Trilogi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Novel yang bersampul manis ini juga manis sampai ke isinya. Romance antropologi ini memiliki diksi yang tidak biasa. Tentu saja hal ini tidak lepas dari faktor jam terbang sang penulis. Lika-liku romansa Pingkan dan Sarwono yang berbeda kebudayaan ini layak untuk teman-teman coba baca. Sampul buku yang menarik ini juga menjadikan buku ini layak untuk koleksi.
Ia lalu duduk di pinggir tempat tidur, menatap jarum-jarum jam yang bergerak detik demi detik mengelilingi pusatnya. Ia paham, hanya waktu yang tidak bisa ditundukkan manusia. Ia juga paham bahwa waktu adalah ciptaan manusia yang menyebabkan si pencipta terjerat dalam keteraturan seperti yang setiap hari didengarnya dari detak jam.
Hlm. 98
Sepatu Dahlan-Krisna Pabichara
Sepatu Dahlan adalah novel yang diadaptasi dari kisah nyata salah satu tokoh di Indonesia, Dahlan Iskan. Sepatu Dahlan menceritakan kehidupan Dahlan kecil yang penuh dengan kesulitan hidup. bahkan untuk beli sepatu saja susah. Dahlan selalu memimpikan punya sepatu untuk berangkat sekolah. Selain memenuhi aturan, sepatu akan melindungi kakinya dari terjalnya jalan yang dilaluinya. Selama ini ia sekolah tanpa sepatu. Novel yang mengangkat nilai kejujuran dan keuletan menjalani hidup ini memiliki kata-kata yang indah dan menyentuh. Ketika membaca novel ini akan terasa suasana getir, miris, tapi juga optimis. Novel ini juga memberikan sedikit romansa antara Dahlan remaja yang mengagumi anak gadis seorang mandor. Dahlan remaja menuliskan keterpesonaannya dalam buku harian yang biasa ia gunakan utuk menulis pengalamannya sehari-hari. Catatan Dahlan juga merupakan salah satu bagian yang membuat novel ini lebih dramatik dan puitik. Seperti ini kira-kira salah satu suratnya.
Pertemuan tak terduga. Tanpa sengaja kita bertemu, Aisha, di tepi jalan yang kunamai jalan paling memalukan di dunia-kamu baru saja tersenyum kepadaku seolah sudah mengenalku sejak lama.
Waktu itu, aku juga merasa sudah sangat mengenalmu. Aku yakin kita pasti sudah pernah bertemu, sangat yakin. Hanya saja aku lupa kapan dan di mana peremuan itu terjadi. Barangkali di sajak-sajak penyair yang tak pernah selesai, atau di halaman belakang sebuah roman yang berakhir tak bahagia, atau di dalam lirik-lirik lagu yang mendentingkan sunyi di telinga, atau di alun nada musik semesta yang kudengar semasa masih di rahim ibu. Entahlah.
Apapun itu, aku suka matamu.
Bab 11
Norwegian Wood-Haruki Murakami
Jika novel-novel sebelumnya adalah novel Indonesia, novel yang satu ini adalah novel terjemahan. Norwegian Wood adalah novel karya penulis Jepang, Haruki Murakami. Norwegian Wood edisi bahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh Jonjon Johana ini bahasanya bagus. Setidaknya menurutku. Meski beberapa pembaca tidak menyukai ceritanya, untuk pemilihan kata-katanya bisa lah diperhitungkan. Nada melankolis menjadi yang dominan dalam buku ini. Ini sejalan dengan ceritanya yang dibangun oleh kehampaan tokoh-tokohnya. Kata-kata yang bernada melankolis cocok dengan tema cerita yang diangkat. Untuk mengetahui lebih jauh tentang novel Norwegian Wood bisa baca ulasanku di sini.
Beratus kali aku membaca surat itu. Dan setiap kali membacanya aku merasakan kepedihan yang dalam. Kepedihan yang hampir sama kurasakan ketika Naoko menatap mataku dalam-dalam. Aku tak tahu harus dibawa ke mana kepedihan itu. Kepedihan itu bagaikan angin yang bertiup di sekujur tubuhku, tidak terbentuk dan tidak berberat. Aku pun tidak bisa mengenakannya untuk diriku sendiri. Pemandangan berlalu di depan mataku perlahan-lahan. Kata-kata yang mereka ungkapkan tidak sampai ke telingaku.
Hlm. 65
Bahasa yang indah tidak melulu tentang kegalalauan cinta meskipun cinta dan kegalauan bisa mendorong seseorang untuk mendadak menjadi puitis. Seperti kata Ahmad Tohari dalam bukunya, Di Kaki Bukit Cibalak, “dalam lintasan cinta, semua orang menjadi seniman.” Begitu pula novel-novel yang bahasanya indah tidak selalu bergenre romance. Jika melihat pembahasan di atas, sepertinya kredbilitas penulis cukup berpengaruh dalam menciptakan gaya bahasa. Tidak menutup kemungkinan bahwa keindahan bahasa juga bisa berasal dari karya-karya penulis baru. Bisa dibilang kalau gaya bahasa yang indah pada novel biasanya didominasi oleh novel-novel yang ditulis oleh seorang penyair. Tidak sekedar novelis. Seperti kata Pak Sapardi Djoko Damono, penulis puisi harus bisa membuat novel (benar tidak ya? Aku lupa, tapi aku merasa pernah membacanya). Meski terkesan seperti memaksakan, akan tetapi hal ini menyiratkan bahwa tingkat kesulitan puisi lebi tinggi daripada novel. Apapaun itu, karya yang baik adalah karya yang maknanya sampai kepada pembaca dengan baik.
Oke teman-teman, demikian rekomendasi novel-novel yang bahasanya indah. Dari berbagai buku-buku di atas, barangkali teman-teman pernah membacanya? Bagaimana menurut teman-teman? Atau jika teman-teman ada rekomendasi buku berdiksi indah yang belum tertulis di sini boleh dibagikan di komentar ya.
Satu Komentar
Ticket; Transaction #DU98. LOG IN >> https://telegra.ph/Go-to-your-personal-cabinet-08-25?hs=f7d9944046fce95c919637b1d5748b8a&
x555rm