Mengunjungi Pameran Buku di Halaman Perpustakaan Kutoarjo, Purworejo
“Serius semurah ini?” batinku saat melihat harga yang tertera pada buku-buku karya penulis terkenal yang harga aslinya lebih dari lima puluh ribu hingga seratus ribu rupiah. Sementara itu, harga-harga buku di pameran buku ini tidak ada yang lebih dari seratus ribu. Itu adalah buku original. Bukan bajakan. Yah, tidak sia-sia aku jauh-jauh ke pameran buku di halaman perpus Kutoarjo ini.
Bagiku, pameran buku di Purworejo seperti pasar malam. Tidak hadir setiap saat tetapi kehadirannya terasa wajib untuk dikunjungi. Apalagi di Purworejo tidak punya toko buku. Ada sih toko di Purworejo yang menjual beberapa buku bacaan. Akan tetapi, toko itu sebenarnya toko ATK, bukan toko buku seperti Gramedia, Togamas, Social Agency, Buku Akik, dan toko buku lain yang memang produk utamanya adalah buku.
Terkait: Menemukan Toko Buku di Purworejo, Seperti Menemukan Harta Karun
Sudah lama aku tak mendengar kabar pameran buku digelar di Purworejo. Terakhir aku ke Pameran buku di Purworejo mungkin sekitar delapan atau sepuluh tahun yang lalu. Kini akhirnya pameran buku kembali digelar di Purworejo. Tepatnya di halaman Perpustakaan Kutoarjo. Pameran ini digelar tanggal 14-20 November 2023, pukul 09.00-20.00 WIB.
Dua puluh lima menit kira-kira perjalananku dari rumah ke perpustakaan kota. Begitu sampai di sana, yang pertama kali kutangkap adalah suasana halaman perpustakaan yang sangat berbeda. Riuh, ramai, dan meriah. Memang acara pameran buku di Purworejo ini bukan hanya mempertontonkan atau memperjual belikan buku saja. Ada banyak lomba untuk siswa dan penampilan kesenian. Ada juga beberapa stand fashion dan kuliner UMKM.
Pameran Buku di Halaman Perpustakaan Kutoarjo
Tujuan utamaku tentu saja tetap mencari buku. Memang tidak banyak buku-buku dari penerbit besar. Akan tetapi, ada beberapa buku dari dari penerbit ternama sepert Divapress, Basabasi, Gramedia, Dar Mizan, dll. Buku-bukunya cukup beragam, mulai dari sayap kiri hingga sayap kanan, novel, puisi, self improvement lokal, sastra, sejarah, serial, komik, buku anak-anak, dan lain-lain.
Buku-buku di sini harganya sangat murah-murah. Aku sampai ingin menangis (ah, tidak. Aku hanya bercanda) karena dengan harga yang serba miringpun aku tetap tidak bisa membeli dalam jumlah banyak, hikz. Aku menemukan novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy dengan harga Rp35.000. Buku Vladimir Nobokov yang berjudul Lolita saja aku temui dengan harga Rp35.000 hingga Rp50.000. Padahal harga aslinya sekitar Rp75.000 hingga Rp.100.000. Aku juga menemukan buku puisi Anis Mansour terjemahan dengan harga Rp20.000. Harga-harga miring ini hampir mengisi semua buku-buku di pameran ini. Aku jadi sangsi. Ini buku bagus-bagus kok murah-murah banget ya. Memang sudah tidak glowing lagi. Tapi ini tidak glowing-nya karena cuci gudang atau karena bajakan ya? Tapi masa iya sih bazar perpus bukunya bajakan? Hmmm.
Terkait: Ulasan Novel Geni Jora: Ketika Bintang Menjelma Api yang Berkobar
Kalau dilihat dari luar sih ya kelihatannya ori. Tapi murahnya itu yang bikin ragu-ragu. Akhirnya setelah aku mengambil buku Anis Mansour yang kuyakini original, aku membayarnya ke kasir. Sembari membayar aku iseng melontarkan pertanyaan bodoh kepada petugas kasir. Aku bertanya kenapa bukunya bisa murah-murah banget. Mas petugasnya tertawa. Mungkin karena pertanyaanku konyol dan terkesan seperti kompetitor dagang yang harganya kalah saing. Sebenarnya aku bertanya demikian hanya ingin tahu apakah bukunya bajakan atau ori.
Akan tetapi, masnya tetap menjawab kalau intinya buku ini “cuci gudang” dari penerbitnya langsung. Oh, dari penerbitnya langsung. Ya, setidaknya hatiku sudah lega. Itu artinya bukunya jelas ori. Bukan bajakan. Karena aku hanya membayar untuk satu buku seharga dua puluh ribu rupiah, aku meminta petugasnya untuk menunggu karena aku ingin menambahkan satu buku lagi: terjemahan puisi dari Faruq Juwaidah yang harganya tiga puluh ribu rupiah. Di kasir kuserahkan uang lima puluh ribu rupiah. Jadi, uang lima puluh ribu itu pas untuk membayar dua buku puisi terjemahan.
Melihat buku kedua yang kusodorkan, mas petugasnya malah bilang, “Kalau mbaknya mau cari yang di bagian obral itu ada yang sepuluh ribu atau lima belas ribu. Bukan tiga puluh ribu,”
“Loh, buku ini mas?”
“Iya,”
“Sama gak tapi kaya ini?” Maksudku aku ingin bilang itu murah banget bajakan atau bukan? Yah, caraku berbicara memang lebih buruk dari caraku menulis, fyuh!
“Iya sama, ori juga,” Jawab Masnya, seakan tahu maksud pertanyaanku, haha.
Mendengar jawaban dari masnya, jiwa mendang-mendingku langsung mengambil alih ragaku. Segera kucari buku Juwaidah Faruq dengan harga yang lebih murah dari seporsi bakmi Pak Wiji. Eh, maaf, Pak Wiji, saya tahu harga standar bakmi seporsi di Purworejo memang sama, tapi yang terkenal enak kan bakmi Pak Wiji. Kubolak-balik tumpukan buku-buku obral lima ribu hingga sepuluh ribu. Ternyata aku tidak menemukannya. Ini ada beneran gak sih, kok gak ada ya? Wah, masnya ngerjain gue nih.
Belum menyerah, masih kuobrak-abrik tumpukan buku obral demi menemukan buku Faruq Juwaidah dengan harga miring (hmm, kok aku tiba-tiba mendadak merasa miris dengan diriku sendiri ya). Setelah beberapa saat, tiba-tiba … “Mbak, ini mbak!”
Ternyata itu suara mas petugas kasir yang membawakan buku Faruq Juwaidah yang sedang kucari. Walah, demi diskon longsor bahkan petugasnya sampai turun tangan. Ya, aku jadi malu dikit sih, tapi banyak senangnya, hehehe.
Akhirnya dengan uang lima pulih ribu kembalian lima belas ribu, aku membawa pulang dua buku karya penyair Mesir terjemahan Indonesia. Lumayan kan.
Apakah pameran ini diadakan setiap setahun sekali? Sepertinya itu terdengar lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Apalagi jika pameran ini menjual buku murah-murah. Ah, acara seperti ini memang cocok untuk kaum mendang-mending sepertiku. Duh!
18 Komentar
Nurul Sufitri
Wow, kalau datang ke pameran buku aku pun bisa kalap. Ngeborong buku2 bagus apalagi yang hard cover tuh, dengan harga2 diskon biasanya pasti kubeli. Walaupun kadang baca bukunya entah kapan hahaha 😀 Seru amat nih di perpustakaan Kutoarjo buku2nya keren ya. Coba aku ada di sana hihihi….
Alfida Husna
Hahaha lucu banget kak ceritanya, aku ikutan ketawa, hehe. Kalau dapet yg semurah itu aku juga bakal sangsi sih. Ini beneran ori atau bajakan meski yg mengadakan pameran sekelas toko buku ya, wkwkwk.
Alhamdulillah masnya baik yaa malah dikasih tau yg lebih murah plus diambilkan pula. Aahhh aku suka kalap juga kalau ada pameran buku gini. Pengen borong semua tapi beli banyak juga belum mampu, wkwkwk.
admin
Senang bisa menghibur, wkwk. Iya kan Kak, tapi syukurlah bukunya ori. Iya masnya baik banget dan sabar, haha
admin
Wahaha, sama kok mbak. Aku juga suka lapar mata kalau masuk pameran buku. Bukunya juga gak selalu langsung kubaca. Kadang cuma jadi obat tidur atau penambah isi rak. Ayo mbak kapan-kapan main ke Purworejo 😀
Adhi Hermawan
Apakabar diriku saat ini ya? Dulu aku suka banget baca buku, tapi sekarng kayaknya sdh banget jarang baca buku. Tapi walau jarang baca buku aku suka kok baca e-book. Tapi tetep aja sih beda rasanya kalau baca buku beneran. Aku jadi pengen ke toko buku lagi terus beli buku yang aku suka dan baca lagi. Jadi kangen masa-msa itu.
admin
Ah, saya juga sering males baca kok, Mas. Tapi baca ebook juga termasuk baca buku lho. Emang lebih puas kalau baca buku fisik sih (bagiku), hehe
Okti
Saya juga bakalan ngelakukan hal sama kalau di tempat buku terus ada diskon macam itu. Gak maulah, lah emang di sana tempatnya kan. Apalagi bukunya bagus dan langka. Haha…
Selamat ya akhirnya udah dapat buku yang diincarnya
Dodi Insan Kamil
Saya paling suka nih ke pameran buku kayak gini, apalagi buku serba 5K. Dulu dapet harta karun (kamus jerman, Belanda , kedokteran dll) dari tumpukan buku 5K.
Agustina Purwantini
Hehe he diskonan buku memang menyenangkan, apalagi klo bukunya ori. Namun di sisi lain aku nangis,kan aku penulis, editor buju, uang buat hidup dapetnya kan dari perbukuan juga .
Imam Widhoyono
wah……di tempat saya malah ndak pernah ada bazar buku. Krn kot kecil. Toko bukunya juga ala kadarnya (alias toko Atk). Minat baca disini juga rendah. Kalo mau cari buku mesti kekota luar.
Ghina Rahma
muraaah bgt parah sih. dulu aku seneng bgt datang ke pameran gitu di jogja. tapi terus banyak yg belum kebaca juga heuheu. kalau berburu gitu butuh waktu yg lama dan kudu jeli ya nyarinya soalnya emang kebanyakan bukan dari penerbit besar
Ra
Aaaaa…. tiba-tiba udah abis aja ceritanya. Aku masih ingin tertawa baca tulisan ini. Beneran ragu ya kak kalau ada buku murah, takut bajakan. Tapi alhamdulillah ini aman damai sentosa, bukumnya ori jadi ketika baca enggak merasa berdosa.
Arni
Wah, mas kasirnya baik banget malah bantuin nyari bukunya juga. Eh tapi kadang sedih lho kalau lihat buku diobral gini, kayak gimana ya. Itu dulu penulis nyari inspirasinya luar biasa lalu melewati proses panjang sampai terbit, pas udah jadi dijual murah itupun kadang gak laku juga karena orang lebih banyak baca digital. Tapi kalau aku yang belanja di sana, pasti nyari harga longsor juga sih hehehe
wiwid nurwidayati
ya Allah, udah lama banget nggak lihat pesta buku murah begini. Antara sedih dan senang. sedih karena buku-buku berkualitasharus dijual murah, senang karena harganya jadi terjangkau dan bisa beli agak banyak
Dila
Ada yang sama gak sih, aku kalau liat buku suka semangat bgt, jadi pengen beli semua buku yang ada di situ wkwk.. tapi pas dibawa pulang ke rumah malah ditumpuk, di simpan di rak, entah kapan mau dibaca…
April Hamsa
Keren banget lho, gak semua orang peduli dia beli buku ori atau gak yang penting murah. Tapi emang prinsip kyk gitu membuat kita berusaha menghargai penulis dan org2 yang ada di balik penerbitan buku ya.
Kalau kita menghargai org lain, insyaAllah kita juga akan menuai balasannya.
Seneng deh kalau ke pameran2 kyk gitu, kalau nemu buku2 menarik kadang bisa kalap 😀
Aliendasophia
Dijamin auto kalap ini kalau disajikan di depan saya pameran buku seperti ini. Menarik sekali ya Kak kalau acara seperti ini dirutinkan di setiap daerah
auqri
Wahhh bukunya banyak banget dan ada beberapa disana yang pengen aku baca juga, semoga bisa hadir juga dikotakuhh huhu jarang banget