perempuan kelabu elizabeth gaskell
fiksi,  ulasan

Perempuan Kelabu-Elizabeth Gaskell: Cerita Kelam, Kesetiaan, Pengabdian, dan Pengorbanan

Perempuan Kelabu adalah kumpulan cerpen klasik karya Elizabeth Gaskel, seorang sastrawan besar pada era Victoria. Ia satu era dan juga berteman dengan dengan salah satu sastrawan legendaris Inggris, Charlotte Bronte. Perempuan Kelabu adalah terjemahan bahasa Indonesia dari The Grey Woman and Other Tales. Kumpulan Cerpen ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1861.

Identitas Buku

Judul : Perempuan Kelabu (The Grey Woman and Other Tales)

Pengarang: Elizabeth Gaskell

Penerjemah: Laura Harsoyo

Penerbit: Penerbit Noktah

Tahun terbit: 2021

Ukuran buku: 192 hlm; 13 x 19 cm

ISBN: 978 623 6175 25 5

Baca juga: Ulasan Novel Wuthering Heights-Emily Bronte

Sinopsis Perempuan KelabuElizabeth Gaskell

Ada empat cerita dalam kumpulan cerpen ini. Pertama adalah “Perempuan Kelabu”, yang kedua adalah “Tiga Era dari Libbie Marsh”, “Masalah Bessy di Rumah”, dan yang terakhir yaitu “Penghilangan”.

Cerpen Perempuan Kelabu menceritakan seorang perempuan bernama Anna yang menikah dengan lelaki bangsawan. Ia tinggal di istana yang besar dan dikelilingi oleh pelayan. Satu pelayannya yang paling setia bernama Amante. Meski hidup dalam gelimang kemewahan, Anna tidak bahagia. Suaminya tidak memperbolehkannya keluar dari istana dan bertemu keluarganya. Bahkan ia tidak diperbolehkan memasuki ruangan lain di istana selain kamarnya. Surat dari keluarganya juga ditahan oleh suaminya. Suatu hari karena ia sangat ingin mengetahui surat dari keluarganya, ia nekat untuk masuk ke ruangan yang dilarang oleh suaminya. Ketika ia sedang mencari surat yang dimaksud, ia dikejutkan oleh jatuhnya mayat seorang lelaki yang diduga dibunuh oleh suaminya. Setelah mengetahui siapa sebenarnya suaminya, ia kabur dari istana yang suram itu bersama dengan Amante yang setia menemani dan melindunginya. Ia terus melarikan diri dari dan menyamar untuk menghindari kejaran suami dan antek-anteknya.

Pada cerita Tiga Era dari Libbie Marsh, ada seorang gadis sebatang kara yang bernama Libbie. Ia sudah bebrapa kali pindah penghunian. Terakhir ia menyewa rumah di depan seorang janda yang anaknya disabilitas. Perempuan itu setiap harinya harus bekerja untuk menyambung kehidupan bersama anaknya. Anak lelaki satu-satunyanya itu tidak bisa bangun dan berdiri tanpa bantuannya. Hampir tiap malam Libbie dibuat iba karena melihat anak lelaki tersebut berjuang menahan sakit dan penderitaannya. Libbie menjadi dekat dengan keluarga tersebut semenjak Libbie menemani perempuan tersebut dan membantu merawat anaknya. Meski tetangga di sekitar lingkungannya kurang menyukai perempuan tersebut karena terkenal dengan kegalakannya, Libbie justru melihatnya sebagai perempuan yang kesepian dan perlu teman untuk bercerita tentang beban hidup yang selama ini dipikulnya seorang diri. Ketulusan dan kesetiaan Libbie terhadap keluarga perempuan tersebut akhirnya membuka mata bagi tetangga di sekitarnya yang awalnya menaruh stereotip terhadap perempuan tersebut.

Yang ketiga adalah Masalah Bessy di Rumah. Masih dengan tokoh utama perempuan yang juga sama sama mengabdi untuk kebahagiaan orang lain. Ia baru saja membelikan tiket untuk pengobatan ibunya ke luar kota. Sebenarnya ibunya tidak ingin meninggalkan rumah dan anak-anaknya. Akan tetapi, ia perlu berobat agar keadaan jantungnya semakin membaik. Akhirnya, Bessy membujuk Ibunya agar mau berobat ke luar kota dengan berjanji bahwa ia akan mengurus rumah dan kakak-adiknya. Ia berjanji akan membuat rumah sama bahagianya ketika ibunya yang mengurusnya. Akhirnya ibunya bersedia untuk pergi. Sepeninggal ibunya, Bessy sedikit kerepotan merealisasikan janjinya. Dua kakak laki-lakinya yang bekerja di pabrik selalu berharap makanan sudah terssaji ketika mereka pulang pada sore hari. Dua adiknya yang masih sekolah, Bill dan Mary, sering kesulitan mengerjakan PR dan perlu banuan kakak-kakaknya. Masih ada satu lagi adik perempuan bungsu yang harus ia perhatikan. Sebagai anak perempuan yang paling tua, ia dituntut untuk bisa menggantikan posisi Ibu di rumah. Tetapi ternyata semuanya tidak semudah yang Bessy pikirkan.

Yang terakhir adalah penghilangan. Bercerita tentang orang-orang yang hilang lalu tak lagi ditemukan jejaknya.

Review Buku Kumcer Perempuan Kelabu (The Grey Women and Other Tales) – Elizabeth Gaskell

Jika dipikir-pikir, cerpen-cerpen dalam antologi Perempuan Kelabu karya Elizabeth Gaskell ini memiliki garis besar yang sama. Keempat cerita ini bernuansa kelam dan tragis. Masing-masing cerita ini juga memuat unsur-unsur pengabdian, dan kesetiaan tokoh-tokohnya.

Mulai dari cerpen pertama, Amante, pelayan Anna ini sangat setia mengabdi kepada tuannya. Ketika Anna memutuskan untuk kabur dari istana suaminya, Amante tetap setia mengikuti Anna. Padahal ia harus menanggung resiko yang berat jika harus menentang majikannya. Ia juga mengorbankan banyak hal demi keselamatan Anna. Hal yang sama juga ada pada tokoh Libbie dalam cerpen “Tiga Era dari Libbie Marsh”. Libbie memutuskan untuk menemani Margarett Hall dan membantunya merawat Frank, anaknya yang disabilitas, di saat orang lain mengangap Margarett adalah tetangga yang galak.  Demikian juga pada cerpen “Masalah Bessy di Rumah”. Penulis kembai menghadirkan pengabdian dari tokoh ceritanya. Bessy dan Marry adalah tokoh tersebut.

Pengabdian para tokoh-tokohnya selalu memiliki tujuan untuk kebaikan dan kebahagiaan orang lain, terlebih orang-orang yang dicintainya. Tetapi pada kumcer ini penulis juga menyisipkan pesan bahwa kita tidak bisa menetapkan standar kebahagiaan kita pada orang lain. Jika kita ingin menyenangkan orang lain maka kita harus tahu apa yang membuat mereka bahagia, bukan apa yang membuat kita bahagia lalu berharap mereka juga ikut bahagia dengan cara kita.

Pengorbanan para tokoh juga salah satu hal yang mendominasi cerita ini. Pengabdian dan kesetiaanan didorong atau mendorong perasaan rela berkorban. Akan tetapi , pengabdian dan pengorbanan di sini tidak dimaksudkan untuk membuat diri sendiri menderita, melainkan justru untuk mencari kebahagiaan bagi diri sendiri. Bagaimanapun, meringankan beban penderitaan orang lain akan memberi kebahagiaan tersendiri untuk jiwa. Sepertinya begitu maksud penulis.

Judul antologi cerpen ini diambil dari judul cerpen pertama, “Perempuan Kelabu” yang judul aslinya “The Gray Woman”. Kelabu atau abu-abu di sini diambil dari warna rambut tokoh utamanya (Anna) yang berwarna abu-abu karena tekanan hidup yang berat. Semenjak ia menikah, hidupnya menjadi lebih kelam. Kekelaman ini juga terasa pada cerpen yang lain dalam antologi ini. Kurasa makna kelabu dalam judul antologi ini tidak hanya sekedar makna harfiah yang diambil dari warna rambut tokoh utama pada cerpen perempuan kelabu. Tetapi juga kehidupan para tokoh dan suasana dalam cerpen-cerpen Elizabeth Gaskell ini.

Hal Menarik

Salah satu hal yang menarik dari kumpulan cerpen Perempuan Kelabu karya Elizabeth Gaskell adalah, aku mendapatkan pengetahuan baru tentang budaya tahi lalat buatan sebagai simbol status sosial. Tanda itu disebut dengan “mouche” yang dalam bahasa Perancis berarti tempelan. Mouche juga disebut sebagai tanda kecantikan atau ketampanan pada tahun 1700-an. Mouche dibuat dari beledu hitam, taffeta, atau kulit. Wujudnya mirip tahi lalat di wajah (hlm 21).

Penutup

Aku merasa aku tidak mengulas kumcer ini dengan maksimal. Sebenarnya cerpen ini cukup sulit untuk kupahami, apalagi bagian cerpen terakhir. Oleh karena itu aku tidak bisa menjelaskan sinopsisnya, kan. Entah memang bahasa aslinya yang sudah sulit atau terjemahannya yang agak kaku, aku tidak begitu yakin. Yang jelas aku memang tidak bisa memahami cerita ini dengan cepat. Aku berharap jika aku membacanya lagi aku bisa memahami cerita ini dengan baik.

Teman-teman ada yang pernah membacanya juga? Kalau ada diskusi bisa ditulis di kolom komentar ya. Tapi ingat, jangan menaruh tautan aktif di badan komentar ya! Kalau ada link aktif, komentarnya saya hapus loh ya hmhmhm….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!