rekap bacaan november 2021
Sudut Rak

Rekap Bacaan November 2021 (November 2021 Wrap Up)

Rekap Bacaan November 2021 (November 21 Wrap Up) –

Halo teman-teman semua? Bagaimana November teman-teman? Buku apa yang sudah teman-teman baca selama November? Bulan ini aku membaca lebih banyak dari biasanya. Senang, meski sebenarnya ada satu target buku lagi yang belum selesai terbaca. Kali ini aku membaca empat buku fiksi. Biasanya sebelum aku membuat blog buku, sebulan bisa menyelesaikan satu buku saja sudah alhamdulillah. Tapi ternyata blog ini bisa jadi pecut agar aku tidak malas membaca.

Ini adalah kali pertama aku membuat rekapan atau wrap up buku bacaan bulanan. Sebelumnya aku tidak pernah membuatnya karena selain hanya satu buku yang bisa selesai, aku juga tidak memiliki kesadaran kalau aku perlu menuliskan rekapan bacaan setiap bulan. Sebenarnya tidak masalah jika sebulan hanya bisa menyelesaikan satu buku. Bukankah membaca itu tentang kualitas, bukan kuantitas? Tapi, ya.. aku saat itu merasa minder melihat rekapan bacaan orang lain yang banyak dan tidak terlalu peduli dengan target baca. Jadi, tidak kurekap deh. Sekarang aku berusaha menghargai usahaku (yang tidak seberapa ini) untuk konsisten membaca buku setiap bulan, salah satunya dengan membuat rekapan. Semisal dalam sebulan aku hanya membaca satu buku, aku akan tetap membuat rekapannya.

Nah, jadi apa saja buku yang telah kubaca pada November 2021? Berikut rekap bacaan selama November 2021 beserta rating yang kuberikan di Goodreads.

  1. Loving The Wounded Soul – Regis Machdy (4/5)
  2. Demi Kehormatan – Sandra Brown (3,8/5)
  3. Sepotong Hati Lelaki – J.P. Sunu (3,5/5)
  4. Angsa-Angsa Ketapang – Benard Batubara (4/5)

Jadi bulan ini aku membaca satu buku non fiksi dan tiga buku fiksi (dua novel dan satu kumpulan puisi). Dari keempat buku tersebut, hanya satu buku yang belum kuulas, yaitu Angsa-Angsa Ketapang karya Bernard Batubara. Buku itu tidak kuulas karena buku puisi. Aku tidak mengulas buku puisi karena tidak sanggup. Sejauh ini aku hanya bisa menikmati diksi yang dirangkai pengarang sedemikian rupa sehingga berbentuk puisi. Tapi jika aku diminta untuk mencari maknanya, ini yang aku belum percaya diri untuk melakukannya. Takut salah interpretasi. Jadi, daripada keliru, lebih baik tidak usah sama sekali. Antologi puisi ini kubaca melalui Cabaca. Covernya cantik sekali. Bergambar seekor angsa dan seorang manusia di tepi kolam yang dilukis dengan gaya naturalisme. Kalau ingin lihat bisa klik tautan ini.

Selain itu, sebenarnya ada satu buku lagi yang kutargetkan untuk bulan November, yaitu Wuthering Height. Akan tetapi sampai bulan November berkahir, buku ini belum selesai kubaca. Padahal aku mulai membacanya seminggu yang lalu. Akhir November kegiatanku cukup menguras waktu. Ketika pulang, sampai rumah malah reading slump. Padahal bukunya cukup berat dan memerlukan pikiran yang fresh untuk bisa mencerna ceritanya. Alhasil, bacaan menjadi terbengkalai. Buku ini juga sebenarnya bagian dari tantangan baca klasik Gramedia Pustaka Utama. Jika bulan-bulan sebelumnya aku selalu bisa menyetor satu buku klasik, bahkan bulan lalu aku berhasil menyelesaikan dua novel klasik, Little Women dan Good Wives. Tapi bulan ini rupanya gagal, hahaha (tertawa miris).

Aku juga tidak memfoto buku-bukunya. Oleh karena itu aku mengambil foto buku random di galeri untuk foto artikel ini. Aku tidak memfoto buku-bukunya karena sebagian bukunya pinjaman. Buku Loving The Wounded Soul adalah buku pinjam di Kutoobuku. Jadi, sebelum sempat memfoto dengan buku-buku yang lain, buku itu sudah kukembalikan ke pemilikinya. Selain itu, buku-buku yang lain berupa ebook dari satu perangkat yang sama. Novel karya Sandra Brown kubaca di Ipusnas. Sepotong Hati Lelaki dan Angsa-Angsa Ketapang kubaca di Cabaca. Kedua aplikasi itu ada di HP yang sama. Otomatis bukunya tidak bisa ditampilkan secara bersamaan. Bisa sih, tapi sampul bukunya akan terlihat kecil dan tidak jelas, apalagi dengan kemampuan fotografiku yang amatir saja belum sampai. Akhirnya, tidak kufoto deh.

Aku berharap buku Wuthering Height-nya Emily Bronte bisa kuselesaikan dalam waktu dekat. Lagipula sudah dua minggu aku tidak mengulas buku. Wah, ternyata belum bisa cukup konsisten untuk mengulas buku sekali seminggu. Sebenarnya aku menjadwalkan untuk menulis ulasan setiap hari Rabu. Tapi kadang-kadang hari Rabu sudah tiba, buku belum selesai terbaca, atau ulasan belum selesai ditulis. Akhirnya mundur deh jadwalnya.

Karena bacaan November ada yang belum selesai, maka kemungkinan ulasan pada bukan Desember akan diawali dengan Wuthering Height. Rekapan buku ini untuk menutup halaman pada bulan November sekaligus mengawali Desember. Semoga tulisan ini bisa menjadi awal yang baik dan pelecut semangat. Semoga aku bisa membaca lebih baik lagi di bulan Desember. Sekian Rekapan bacaan November 2021 atau November 2021 Wrap Up.

20 Komentar

  • Ditulis.ID

    keren kak, masih bisa sempet membaca buku untuk zaman sekarang dimana semua serba digital. Dulu saya sering baca buku fisik, namun semakin kesini membaca buku fisik cenderung menjenuhkan bagi saya dan akhirnya lebih sering baca online (e-book dll) hhe

    • admin

      Wah, kebalikannya. Kalau saya masih suka baca buku versi cetak soalnya kalau ebook mata sering pegal, terus jadi pusing. Tapi saya kadang-kadang juga baca lewat ebook kalau gak bisa dapat buku cetaknya.

  • Dinda Senja

    Aku suka yang pertama loving the wounded soul mbak. Ceritanya bagus.. kalau cerita klasik aku lebih suka cerita anak-anak kaya heidi, le pettit prince, terus Little Woman tu juga ngena banget sama metode parentingnya. Satu lagi novel2 romance karyanya Jane austen. Wuthering Height ini q malah belum sempat baca, jd next target buku bulan ini.

    • admin

      Wah, buku-buku klasik bacaan kakak masuk ke wishlistku semua itu, sampai sekarang belum kesampaian, hehe.. iya, Little Women menyisipkan parenting di ceritanya, aku juga suka. Semoga tergetnya kesampian, Kak. AKu baca Wuthering Height lama banget gak selesai selesai hahaha

  • Febi

    Sekarang gw juga lagi pengen konsisten baca lagi, sekalian buat bahan posting di blog..
    Pertama liat blog ini langsung suka, banyak info2 tentang buku..
    Btw, kalo suka baca bisa coba dengerin podcast coming home with leila chudori karena bahas buku2 bagus & hasil kerja sama dg gramedia pustaka utama, keputakaan populer gramedia dan gentle media..

  • Yovita Hamsale

    Kayanya buku Loving the Wounded Soul keren nih… jadi pengen baca bukunya. Btw buku-buku tersebut biasa kamu beli dimana? Setuju banget sama kamu baca buku itu tentang kualitas bukan kuantitas. Akupun begitu saat baca buku ngak mau buru-buru selesaiin karna pengen bangett diresapin dulu. Kadang ada buku yang jalan ceritanya bagus tapi sengaja aku selesain pelan-pelan, soalnya sayang bangett harus berpisah sama kisahnya hehehe

    • admin

      Iya, Loving The Wonded Soul memberikan pandangan kepada masyarakat mengenai penyakit depresi agar masyarakat tidak menaruh stigma negatif terhadap depresi. Kalau aku biasanya beli buku online kaya di Grobmart, atau toko buku online di e-commerce, soalnya di tempat tinggalku gak ada toko buku. Pokoknya cari yang harganya paling murah, hehe.

      Buat aku yang slowreader kadang kalau bacanya cepet-cepet jadi gak masuk, hahaha.

      Iya kadang kalau kisahnya bagus gak terasa tiba-tiba selesai.

  • Eddy Mulyono

    Waktu masih jadi pujangga masa muda, saya membaca buku2 Kahlil Gibran, karena utk “nyontek” kalimatnya buat tulis surat cinta, tapi seiring berjalannya trend teknologi, buku cetak mulai saya tinggalkan, lanjut ke buku digital, dan meninggalkan bacaan fiksi, apalagi buku2 puisi, dilupakan total. Malah kebanyakan buku2 teknis yg mendukung pekerjaan.
    Waktu santai malah berganti menonton streaming.
    Jadi, tetap semangat mengulas bukunya ya, nanti tersesat seperti saya.

    • admin

      Kebetulan lagi semangat baca aja Mbak, kadang malas dan reading slump juga, hehe. Saya juga suka menumpuk-numpuk buku ini, beli buku baru padahal buku lama ada yang belum dibaca

    • admin

      Saya juga awalnya males dulu Kak, hehe.. Bisa sih Kak mungkin. Tapi kalau saya, rekap akhir bulan buat evaluasi, kalau buat pendorong semangat, bikin target buku bacaan pas awal bulan. Terima kasih juga sudah mampir

  • Afifah Haq

    Keren sekalii. Di tengah kesibukannya sehari-hari bisa punya target membaca buku. Jadi inget ada penulis yang akhirnya dapet rekor MURI, semua berawal dari kesukaannya membaca buku dan menuliskan resensinya. Semoga kakak juga kelak makin sukses ya di bidang penulisan.

  • Ayuno

    Penelitian pada tahun 2012, UNESCO mencatat indeks minat baca di Indonesia cuma 0,001. Dari 1000 orang, hanya ada 1 yang punya minat baca.

    Mungkin kalo penelitiannya diperbaharui, kmu jadi salah satunya mba. Hehe.

    Puncak pandemi sempat bikin perpustakaan mati suri kan ya kemarin. Di Solo, mau ke perpus harus vaksin dulu baru boleh masuk.

    Aku:
    Vaksin karena sadar akan pentingnya ❎
    Vaksin karena pengen masuk perpus ☑️

    • admin

      Wah bisa aja Mbak hehe

      Sama nih, perpus di daerahku juga kemarin sepi. Sekarang belum ke sana lagi

      Wah kalau di perpus sini, masuk tetap bebas seperti biasa, tanpa dicek vaksin :V

  • Jihan

    Mantapp nih sekarangg angka bacaanku jg menurun drastis, justru setelah ngeblog jadi gabisa bagi waktu nulis dan baca. Hhuuhu kangan banget sama habitku yang dulu, one week one book

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *