Rekomendasi Buku Sastra Klasik untuk Anak-Anak
Sastra klasik memang tak lekang zaman, termasuk sastra anak. Kita butuh bacaan yang bermutu sekaligus menghibur, bahkan sejak anak-anak. Pada umumnya, cerita anak tidak hanya sekedar sarana untuk hiburan tetap juga memuat nilai-nilai moral dan nasehat, baik tersurat maupun tersirat. Aku punya beberapa rekomendasi buku sastra anak klasik berdasarkan yang pernah kubaca.
Belum banyak buku sastra anak klasik yang sudah kubaca. Namun, dari sedikit yang sudah kubaca, ada yang bisa direkomendasikan ke pembaca.
Oke, berikut ini rekomendasi buku sastra anak klasik berdasarkan yang pernah kubaca.
Daftar Isi
Rekomendasi Buku Sastra Anak Klasik Berdasarkan yang Pernah Kubaca
Hingga saat ini, aku sudah membaca setidaknya empat karya sastra anak klasik. Berikut buku-bukunya.
1. The Adventures of Phinocchio (Petualangan Pinokio) – Carlo Collodi
Pernah dengar cerita tentang Pinokio yang hidungnya bertambah panjang kalau berbohong, atau menonton serial kartun Pinokio di televisi? Nah, cerita tersebut merupakan adaptasi dari karya Carlo Collodi, seorang penulis Italia. Cerita ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1883.
Dalam lagu anak-anak “Pinokio”, Pinokio dikenal sebagai boneka kayu yang lucu. Berbeda dengan versi asli. Dalam cerita aslinya, Pinokio bukan lucu lagi, melainkan juga bandel, badung, dan nakal. Hukuman yang diterima Pinokio pun bukan sekedar hidungnya bertambah panjang, melainkan lebih gelap dari itu, bahkan sampai berubah menjadi keledai dan dijadikan sebagai tenaga angkut-angkut di sebuah pertanian. Aduh, kalau membayangkan sendiri rasanya kasian. Namun, cerita klasik Pinokio ini juga ada lucunya kok. Entah bagian yang lucu menurutku ini lucu atau tidak bagi anak-anak.
Dalam cerita anak, perbuatan yang buruk biasanya mendapatkan balasan yang setimpal. Meski cerita ini dikemas sebagai cerita anak, lebih baik jika orang tua juga memastikan bahwa anak-anak tidak salah mengambil pelajaran sehingga mencontoh yang jelek-jelek.
Oh, iya, ulasan bukunya bisa dilihat di sini.
2. The Story of Doctor Dolittle (Petualangan Dokter Dolittle) – Hugh Lofting
Ini merupakan kisah seorang dokter umum yang beralih profesi menjadi dokter hewan tanpa perlu sekolah kedokteran lagi. Ditulis oleh Hugh Lofting, pengarang asal Inggris. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1920. Review-nya bisa dilihat di sini.
Dokter Dolittle tidak hanya dipercaya manusia, tetapi juga hewan-hewan. Mulanya hanya ada satu hewan yang berobat kepada dokter Dolittle. Setelah sembuh, hewan tersebut merekomendasikan dokter Doittle kepada hewan-hewan lain yang sakit. Akhirnya, pasien hewan lebih banyak daripada pasien manusia. Tidak hanya mengobati, dokter Dolittle juga menampung hewan-hewan itu di rumahnya, sehingga rumahnya menjadi seperti kebun binatang.
Suatu hari dokter Dolittle mendapat surat dari monyet-monyet di Afrika bahwa di sana sedang ada wabah yang menimpa para hewan. Mereka bermaksud meinta tolong dokter Dolittle untuk mengobatinya. Petualangan besar pun dimulai.
Cerita ini sempat menuai kontroversi karena dianggap rasis dan merendahkan orang kulit hitam. Dalam cerita ini, orang Afrika diceritakan sebagai tokoh yang jahat dan primitif. Namun, hal ini bisa kita jadikan pelajaran untuk tidak mencontoh hal-hal yang tidak baik.
Di luar kontroversinya, cerita ini banyak memberikan gambaran tentang pentingnya tolong menolong sesama makhluk, menghargai perbedaan, memandang perbedaan rupa fisik sebagai sebuah keberagaman, bukan sebagai kasta.
3. The Incredible Journey (Perjalanan Pulang) – Sheila Burnford
Bagi anak-anak penyuka binatang peliharaan, terutama anjing dan kucing, mungkin cocok dengan cerita ini. Sebab, hewan-hewan itulah yang menjadi tokoh utama cerita ini. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1961 di Skotlandia.
Novel anak ini menceritakan tentang dua ekor anjing dan seekor kucing yang menempuh perjalanan jauh dan penuh tantangan untuk menemui majikan lamanya.
Mereka sudah lama dititipkan ke teman sang pemilik karena sang pemilik ketiga hewan tersebut harus pergi ke luar negeri. Ketiga hewan tersebut pun merindukan sang pemilik sehingga mereka pergi meninggalkan rumah penitipan untuk kembali ke rumah sang tuan.
Perjalanan mereka penuh tantangan. Namun, mereka selalu menghadapinya bersama-sama. Mereka tidak pernah meninggalkan satu sama lain. Review-nya bisa dilihat di sini.
4. Railway Children (Anak-Anak Kereta Api) – Edit Nesbit
Mau tahu seperti apa kereta api dan lintasannya di Inggris pada tahun 1905? Kamu harus membaca buku ini.
Cerita ini sangat menghangatkan hati. Tentang tiga bersaudara: Roberta (Bobby), Peter, dan Phyllis, anak dari Pondok Tiga Cerobong yang berada di dekat lintasan kereta api. Awalnya mereka tinggal di sebuah vila di daerah urban. Namun, suatu hari ada dua orang tamu yang kemudian membawa pergi ayah mereka dan tak kembali. Setelah peristiwa itu, mereka pindah di Pondok Tiga Cerobong.
Sejak tinggal di Pondok Tiga Cerobong, mereka hidup dengan sederhana, dan harus banyak-banyak menghemat. Namun, mereka selalu menemukan cara untuk membuat hidup yang serba terbatas menjadi menyenangkan. Menantikan kereta yang lewat adalah salah satunya. Setiap kereta lewat, mereka selalu melambaikan tangan. Ada seorang lelaki tua yang selalu membalas lambaian tangan mereka. Lambat laun, mereka bertiga jadi akrab dengan orang-orang di stasiun. Dari sana lah mereka berusaha mencari bantuan agar ayah bisa kembali.
Cerita ini sangat menghangatkan dan menghibur hati. Bagi orang dewasa, cerita ini mungkin akan mengingatkan kita pada kenangan masa kecil yang penuh dengan dunia permainan dan belum merasakan susahnya mencari uang, haha.
Ulasan bukunya bisa dilihat di sini.
Yang Paling Direkomendasikan
Di antara empat buku yang pernah kubaca, aku paling suka dengan Railway Children. Aku merekomendasikan ini kepada kalian dan kepada adik-adik. Cerita ini bagus dan penuh pelajaran berharga tentang kehidupan. Bagi anak-anak, cerita ini juga menunjukkan bagaimana cara menikmati hidup di tengah keterbatasan. Mereka tak pernah kehabisan ide untuk mencari permainan yang menyenangkan dan menghibur di tengah kesulitan-kesulitan.
Selain itu, ada satu buku klasik anak yang pernah kubaca tapi tidak selesai. Judulnya Alice’s Adventures in Wonderland karya Lewis Carrol. Aku merasa buku ini sangat absurd. Saat baca buku ini aku berkali-kali bergumam “ini apa sih?”. Buku ini membuatku merasa lebih bodoh dari biasanya. Namun, yang mengatakan kalau cerita ini absurd bukan hanya aku.
Selanjutnya rekomendasi ini akan kurangkum ke dalam beberapa kategori sebagai berikut.
Favorit: The Railway Children
Paling mudah dibaca: The Story of Doctor Dolittle
Paling rumit: Alice’s Adventures in Wonderland
Paling cepat dibaca: The Railway Children
Paling lama dibaca: The Incredible Journey
Paling heartwarming: The Railway Children
Paling ikonik: The Adventures of Pinocchio
Paling gelap: The Adventures of Pinocchio
Paling kontroversi: The Story of Doctor Dolittle
Paling absurd: Alice’s Adventures in Wonderland
Paling kocak: The Adventures of Pinocchio
Paling tebal: The Railway Children
Paling tipis: The Incredible Journey
Buku-buku yang kubaca tersebut adalah versi terjemahan bahasa Indonesia. Sebagian besar (eh, semuanya ternyata) diterbitkan oleh penerbit Gramedia.
Penilaian tersebut juga berdasarkan sudut pandangku sehingga subjektif.
Nah, teman-teman, demikianlah rekomendasi buku klasik anak berdasarkan yang pernah kubaca. Buku klasik anak apa saja yang pernah teman-teman baca? Kalau kalian punya rekomendasi buku yang serupa, silakan ditulis di kolom komentar ya.
Terima kasih dan sampai jumpa di tulisan berikutnya.