review buku funiculi funicula before the coffe gets cold
fiksi,  ulasan

Review Buku Funiculi Funicula, Before The Coffee Gets Cold

Kamu suka pergi ke kafe?
Apa yang biasanya kamu lakukan di sana? Menghilangkan penat? Bertemu seseorang? Bekerja? Belajar? Atau sekedar menikmati kesendirian?

Apa yang akan kamu pesan? Kopi?

Jika kafe yang kamu kunjungi bisa membawamu kembali ke masa lalu, apakah kamu akan melakukannya? Siapa yang ingin kamu temui di masa lalu? Di masa kapan kamu ingin kembali? Apa yang ingin kamu perbaiki? Di dunia fiksi ada sebuah kafe yang bisa membawamu kembali ke masa lalu. Kafe itu adalah Funiculi Funicula. Akan tetapi, untuk kembali ke masa lalu ada beberapa syarat yang harus kamu penuhi. Syarat-syaratnya tidak semudah memasuki pintu ajaib Doraemon. Seperti apa syaratnya dan apa yang akan terjadi berikutnya, simak review buku Funiculi Funicula ini sampai selesai ya! Sebenanya aku juga tidak ingin menyuruh-nyuruh teman-teman. Cuma aku bingung menempatkan kata kunci saja, jadi kutaruh di kalimat “review buku Funiculi Funicula” di situ deh. Nah kan disebut lagi kalimatnya. Dah lah lanjut review ja.

Identitas Buku Novel Funiculi Funicula,

Judul: Funiculi Funicula, Before The Coffee Gets Cold
Pengarang: Toshikazu Kawaguchi
Penerjemah: Dania Sakti
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2023 (cetakan ketujuh belas)
ISBN: 9786020651927
Harga: Rp 56.500,00

Sinopsis Novel Funiculi Funicula, Before The Coffee Gets Cold

Ada sebuah cafe tua yang legendaris. Konon katanya kafe itu mampu membawa pengunjungnya kembali ke masa silam. Akan tetapi, hampir belum ada pengunjung yang mampu membuktikan kebenaran itu. Hingga akhirnya seorang perempuan bernama Fumiko mencoba untuk membuktikan kebenaran cerita tersebut. Ia ingin kembali ke masa lalu untuk menemui kekasihnya dan menyampaikan suatu hal penting yang dulu tak sempat ia ucapkan.

Ternyata benar bahwa cafe itu memang bisa membawa pengunjungnya ke masa silam. Akan tetapi, untuk kembali ke masa lalu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi: (1) ia harus duduk di bangku khusus, yang selama ini diduduki oleh permepuan bergaun putih dan tak pernah beranjak dari situ kecuali ke toilet (2) Ia hanya bisa bertemu dengan orang yang pernah mengunjungi kafe ini (3) ia harus kembali dari masa lalu dan menghabiskan kopi sebelum kopinya dingin. Jika kopi belum habis saat sudah dingin, maka ada konsekuensi yang harus ia tanggung. (4) Kenyataan yang sudah terjadi tidak akan bisa berubah.

Ternyata tidak hanya Fumiko yang ingin kembali ke masa lalu. Ada seorang lelaki bernama Fusagi yang ingin menemui istrinya, dan seorang kakak bernama Hirai yang ingin menemui adiknya. Mereka ingin kembali ke masa lalu karena ingin menyelesaikan permasalahan yang mereka sesali di hari ini. Akan tetapi, meskipun mereka kembali ke masa lalu, mereka tetap tak bisa mengubah kenyataan. Bagaimana mereka akan menghadapi syarat-syarat tersebut? Apa yang terjadi setelah mereka kembali ke masa lalu? silakan teman-teman baca di bukunya.

Baca juga : Sinopsis dan Ulasan Of Mice and Men (Tikus dan Manusia) – John Steinbeck

Review Buku Funiculi Funicula, Before The Coffee Gets Cold

Beberapa pembaca mengatakan jika buku Funiculi Funicula menyedihkan. Kalau ada yang merekomendasikan buku buku yang ceritanya sedih, yang mellow, yang sad ending, pokoknya yang sedih-sedih, banyak yang mencantumkan Funiculi Funicula di sana. Saat aku membaca sampai pertengahan aku membatin, ini sedihnya di mana? Ya iya sih, ceritanya tentang sepasang kekasih yang perjalanan cintanya menyedihkan, tapi tidak menyedihkan buatku. Tidak sampai membuatku menangis.

Sampai akhirnya aku membaca surat Fusagi untuk Kotake dan, … ternyata sedih bet ya Allah T_T. Bagian berikutnya, tentang kakak beradik, ternyata tak kalah menyedihkan. Sampai aku menunda untuk melanjutkan bagian berikutnya yang berjudul Ibu dan Anak. Apa yang lebih haru daripada kisah tentang ibu dan anak? Sudah bisa ditebak kalau ini bakal lebih sedih dari sebelumnya. Dan ternyata benar. Oke, akhirnya aku setuju kalau buku ini memang sedih, Lur.

Akan tetapi, ada beberapa pertanyaan yang mengganjal benakku setelah aku membaca novel Funiculi Funicula ini.

Hal-Hal yang Menyisakan Tanda Tanya pada Novel Funiculi Funicula

1. Kapan latar cerita ini? Kenapa Fumiko tidak chat WA, FB, friendster, BBM, telpon, atau SMS saja untuk mengatakan kepada Goro kalau Fumiko sebenarnya tak ingin Goro pergi. Atau kenapa tidak melalui surat saja? Kenapa harus kembali ke masa lalu? Toh kenyataan juga tetap tidak berubah kan? Sudah ada game MMORGPG tetapi tidak ada telepon? Padahal HP Nagare bisa mengirim email. Yah, sepertinya itu beberapa tahun setelah kejadian Fumiko kembali ke masa lalu.

2. Mengapa Kotake tidak bilang langsung saja pada Fusagi, kalau ia ingin tahu surat yang ditulis untuknya. Mengapa harus kembali ke masa lalu untuk meminta surat itu pada Fusagi? Fusagi juga, kenapa tidak langsung saja memberikan surat itu pada Kotake saat itu juga atau saat ia sedang ingat (Fusagi kena alzheimer). Kenapa harus kembali ke masa lalu untuk menyerahkan suratnya pada Kotake? Bukankah Fusagi bisa saja langsung menyerahkan suratnya pada Kotake saat sudah di rumah atau di manapun mereka sedang bersama. Bukankah kotake juga bisa bilang langsung ke Fusagi tentang suratnya? Kan beres. Toh diberikan saat itu dengan di masa lalu, kenyataan juga tetap sama. Tidak berubah.

3. Jika ada yang gagal menghabiskan kopi sebelum kopinya dingin, bagaimana nasib hantu perempuan bergaun putih yang selalu membaca novel itu? Apakah dia akan pensiun? Apakah ia adalah orang pertama yang gagal menghabiskan kopi sebelum dingin? Atau ia adalah orang pertama yang mencoba untuk kembali ke masa lalu?

4. Sebelum perempuan bergaun putih itu ada, siapa yang duduk di kursi khusus? Apakah perempuan itu adalah pengganti dari hantu-hantu sebelumnya yang sudah pensiun? Atau sebelum ada perempuan bergaun putih, orang-orang tidak perlu menunggu bangku khusus kosong untuk kembali ke masa lalu?

Apakah semua ini ada jawabannya di Funiculi Funicula 2?

Waktu Tak Akan Bisa Kembali

"Seandainya kau tahu, ku tak ingin kau pergi..."

Sepenggal lagu dari Vierratale itu cocok untuk menjadi latar suara novel ini. Tokoh-tokoh dalam novel ini tak ingin orang-orang terdekatnya pergi meninggalkannya. Akan tetapi mereka terlambat dan menyesal. Hingga mereka merasa harus kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan mereka. Sayangnya, sekeras apapun mereka mencegahnya saat mereka kembali ke masa lalu, kenyataan tetap tak akan berubah.

Kafe Funiculi Funicula memang mampu membawa pengunjungnya ke masa lalu. Mungkin buku ini ingin mengajak pembaca untuk merenung, jika kamu bisa kembali ke masa lalu, apa yang akan kamu perbaiki? Siapa yang ingin kamu temui jika kamu hanya punya waktu terbatas. Akan tetapi, buku ini juga mengingatkanku jika waktu tak kan pernah bisa kembali. Kenyataannya kita tak pernah bisa kembali ke masa lalu. Penyesalan selalu datang di akhir. Tidak semua kesalahan di masa lalu bisa kita perbaiki di masa depan. Jika memang ada yang kita sesali di masa lalu, yang bisa kita lakukan ya menjadi baik untuk masa depan meskipun hal itu tak selalu bisa memaafkan dosa-dosa masa lalu. Ah, siapa pula yang tahu tentang catatan dosa para hamba-Nya.

Yang membuat cerita ini menarik adalah pengembangan misteri, entah itu misteri kafe Funiculi Funicula maupun misteri kejadian yang akan dialami tokoh-tokohnya. Untuk konflik yang dialami tokoh-tokohnya sih masih klasik. Penggambaran latar memang tidak terlalu detail tetapi suasana sedihnya dapat. Jalan ceritanya juga tiap bab hampir serupa. Jadi, dari awal sampai akhir seperti cerita yang sama hanya saja tokohnya yang berbeda. Tetapi tokoh-tokoh dalam cerita ini pada akhirnya menjadi berhubungan satu sama lain. Padahal awalnya tidak saling mengenal. Ya, ini cukup melegakan pembaca.

Novel Funiculi Funicula ini mungkin cocok buat kamu yang menyukai cerita time travel, kopi, kafe, dan cerita-cerita sedih. Terjemahannya enak dibaca.

Playlist Lagu dan Musik yang Cocok untuk novel Funiculi Funicula

Suasana dalam cerita Funiculi Funicula ini membuatku teringat akan beberapa lagu. Menurutku lagu-lagu ini cocok untuk jadi backsong Funiculi Funicula karena suasananya mirip. Berikut lagu-lagunya.

1. If I Clould See You Again Yiruma

If I Could See You Again merupakan instrumen piano solo yang dimainkan oleh Yiruma. Judul dan melodinya sangat cocok dengan cerita Funiculi Funicula.

2. Seandainya – Vierra

Sebagaimana kubahas sebelumnya, lagu ini cocok dengan Funculi Funicula. Beberapa penggalan lirik lagu ini sesuai dengan kejadian yang dialami tokoh-tokohnya.

3. Cinta ‘Kan Membawamu Kembali

Cinta ‘kan membawamu kembali di sini … Menuai Rindu … Membasuh Perih …” Sama dengan lagu milik Vierra. Lagu milik Dewa 19 ini juga sesuai dengan perasaan tokoh-tokoh dalam cerita ini. Apalagi tokoh-tokohnya ingin kembali ke masa lalu. Penggalan lagu tersebut seolah mengungkapkan keadaan tokoh-tokoh yang ingin kembali ke masa lalu untuk bertemu dengan orang-orang yang mereka sayangi.

Baca juga: Rekomendasi Playlist Untuk Baca Novel Romance

Aku juga sudah menyusun playlist ini di Youtube. Kalau teman-teman mau memutar atau sekedar menyimpan playlist-nya bisa langsung menuju ke Youtube di bawah ini. Sebenarnya aku juga ingin membuatnya di Spotify, tapi karena Spotify-ku belum aktif lagi, jadi sementara di Youtube dulu.

Baiklah teman-teman. Sekian review buku Funiculi Funicula dariku. Aku senang bisa menyelesaikan ulasan ini meskipun masih banyak kekurangannya. Kalau teman-teman ada diskusi tentang buku ini bisa ditulis di komentar ya!

Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

18 Komentar

  • Akarui Cha

    Entah kenapa (mungkin memang selera pribadi sih ya) buatku, lagu lagunya Yiruma itu nggak pernah gagal buat naikin suasana sendu ketika lagi baca buku yang sedih.

    By the way soal Funiculi Funicula ini, aku kemarin nemu kalau cover bukunya masuk ke dalam buku dengan cover teresetetik karena memang unik dan cakep banget, bahkan jika memang mau dipajang di ruangan bernuansa putih atau perpaduan cokelat kayu.

    Sudah cukup lama masuk ke dalam wishlist bacaku karena banyak yang bilang, pengalaman membaca Funiculi Funicula bikin mewek. Tapi nanti saja, aku mungkin akan ambil salah satu bukunya dari rak pajang saat butuh asupan asupan sendu.

  • Sabrina

    baca judulnya aja langsung tertarik unik gitu judulnya, dan ternyata bukan karya Indonesia ya, namun sudha diterjemahkan, jadi penasaran pengen baca, harganya juga masih affordable

  • Tukang Jalan Jajan

    Seandainya waktu bisa diputar ya kak, pasti banyak hal hal kecil sampai hal besar yang mau diperbaiki. Tapi semua sudah ada diporosnya dan tinggal dijalani. Salut kak, menyelami ceritanya sampai bisa bikin playlist lagunya. Makin terbawa suasana ya

  • Kurnia Agung Pamungkas

    Sekilas sepertinya alurnya menarik, apalagi kisah mendebarkan dikejar waktu sebelum kopi dingin apakah bakalan jadi konflik yang menarik di cerita ini. Atau malah akan ikutan menangis membaca kisah sedih yang telah diutarakan tadi. Jadi penasaran banget pingin baca cerita dari buku ini.

  • dila

    keknya ini bakal jadi salah satu list buku yang harus aku baca tahun ini. aku sepertinya bakal suka sama alurnya, apalagi latarnya di cafe. thank you kak reviewnya.

  • Dian Restu Agustina

    Ke kafe karena ingin kembali ke masa lalu..hm menarik ini. Pasti ada orang yang belum selesai dengan masa lalunya entah itu dengan orang tua, sudara, teman juga pasangan..wah andaikan ada seperti funiculi funicula di dunia nyata, mau juga saya

  • Nurul Fitri Fatkhani

    Baca buku Funiculi Funicula ini bisa bikin sedih, ya? Wah, sepertinya bisa bikin saya mewek sepanjang baca bukunya. Sebenernya saya agak menghindari bacaan yang bisa buat sedih, takutnya bawa mood saya jadi gak baik. Kecuali untuk mengambil hikmahnya dari setiap cerita, pasti saya baca.

  • Kyndaerim

    Waktu memang nggak akan bisa kembali yah. Jadi mending fokus sama masa depan. Review buku Funiculi Funicula aslik bikin penasaran sih bakal senostalgia apa di dalem kafenya.

  • T. Retno

    Hantu aja rajin baca noveeeel, masa manusia (+62) males bacaaaaa?
    Tahun lalu novel ini sempat ramai wira-wiri di beranda FB-ku. Tapi rata-rata cuma memuji tanpa mengulas :))

  • Aliendasophia

    Waaa buku Funiculi Funicula ini sempat menyita perhatian, jadi penasaran banget. Terima kasih ulasannya. Btw kalau aku pribadi ke cafe biasanya buat ngobrol atau sekadar mencicipi menu. Karena sendiri sudah mulai jarang sejak jadi mak emak.

  • Susindra

    Kalau kafenya beneran ada, pastilah akan sangat menyenangkan bisa kembali ke masa lalu. Untuk menuntaskan rasa yang ada tapi tak bisa dikeluarkan lagi.
    Konsekuensinya apa kalau telat kembali?

  • Ihsan Subhan

    Ceritanya keren ini, saya suka dengan gaya nulis ulasannya. Cafe Kopi sangat familiar untuk kebanyakan orang, dan menariknya sebelum kita bisa masuk ke masa lalu, syarat-sayaratnya cukup menarik, sebab masih dikaitkan dengan hal hal tema kopi. Dan tadaaaaa,,,, saya sudah masuk ke masa silam juga nih. dengan mengenang beberapa peristiwa indah yang pernah dialami di masa silam. hehe…

  • Diah Alsa

    meski sudah melewati rentetan syarat kembali ke masa lalu, namun nyatanya semua itu tak kan berubah ya, setidaknya ingin buat hati jadi lega sesaat aja kali ya? hmm judul bukunya unik, seperti sebuah merapal sebuah mantra aja 😀

  • Allamandawi

    Aduh mba, kelihatannya keren banget novel.y, masyaa Allah. Di sana aku melihat aura misteriun yg pengen banget buat ku telusuri. Adudduu, cocok banget buat masuk booklist tahun ini nih.

  • Siti Mustiani

    Meskipun cerita ini fiksi tapi kok bisa yaa, bsia sepemikiran itu. Yess, aku juga kadang berpikir seandainya bisa kembali ke masa lalu, huhu banyak banget yang pengen aku lakukan duuuhh. Jadi penasaran sama full cerita di buku sambil dengarin musik yang direkomendasikan di artikel ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *