seni hidup minimalis
nonfiksi,  ulasan

REVIEW BUKU SENI HIDUP MINIMALIS KARYA FRANCINE JAY

Pernahkan kamu mendengar istilah seni hidup minimalis? Pasti sekarang itu tidak menjadi hal yang asing, bukan? Yap, Buku Seni Hidup Minimalis ini sudah banyak dibahas oleh para pengulas buku. Tidak heran, karena memang buku ini membahas hal yang sangat penting yang selama ini luput dari perhatian kita. Siapa coba yang mau bersusah payah memikirkan cara mengatur keberadaan barang yang ada di rumah? Untuk apa memikirkan itu semua? Barang-barang adalah kebutuhan kita, wajar kalau kita membelinya. Nah, kan, lalu setelah kita membeli barang-barang itu, kita taruh di mana? Bagaimana cara merawatnya agar barang itu tidak cepat rusak, kotor, dan menjadi rumah serangga? Lalu setelah rusak, harus kita ke manakan barang-barang itu tadi? Di buang begitu saja ke tempat sampah? Ah menambah sampah, susah terurai. Dibakar? Ah, menambah polusi saja. Kalau tidak dibuang semakin menambah sumpek rumah dan juga menambah sampah di lingkungan. Lalu bagaimana denan barang-barang kita yang sudah berada dirumah? Nah, akhirnya bingung kan. Tapi itu semua justru menjadi bahan pemikiran Francine Jay yang kemudian dituangkan ke dalam buku Seni Hidup Minimalis ini. Di sini kamu akan menemukan jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi.

Identitas Buku

Judul                   : Seni Hidup Minimalis

Pengarang          : Francine Jay

Penerjemah        : Annisa Cinantya Putri

Penerbit             : Gramedia Pustka Utama

Tahun terbit       : 2019 (cetakan ke-3)

Tebal buku         : xiii + 260 hlm

Cover                 : soft cover

Berisi Tentang Apa?

Buku Seni Hidup Minimalis ini berisi tentang seluk-beluk hidup minimalis, mulai dari pola pikir hingga kiat-kiat hidup minimalis. Minimalis yang dimaksud dalam buku ini adalah hidup dengan cara kita yang mengendalikan barang-barang yang kita miliki. Kita yang menyeleksai barang-barang mana yang kiranya memang benar-benar dibutuhkan untuk berada di rumah. Kita menciptakan rumah yang memberi kita banyak ruang, tidak penuh dengan barang-barang, sehingga memberikan kita lebih banyak kebebasan dan kebahagiaan (hlm. ix).

Ada empat bagian dalam buku ini, bagian pertama tentang membentuk pola pikir minimalis. Bagian kedua tentang kiat-kiat memulai hidup minimalis dengan metode STREAMLINE. Bagian ketiga membahas tentang mengatur ruangan agar tidak penuh dengan barang. Bagian keempat adalah cara hidup minimalis dan manfaatnya untuk kehidupan kita dan lingkungan sekitar.

Untuk memulai hidup minimalis, penulis menekankan metode STREAMLINE. Ada 10 tahap dalam mengatur barang-barang di rumah yang dirangkum dalam STREAMLINE yaitu start over; trash, treasure, or transfer; reason for each item; everything in its place; all surfaces clear; modules; limits; if one comes in, onegoes out; narrow down; everyday maintenance . Metode STREAMLINE ini akan memberikan kita banyak ilmu untuk menyortir dan mengelola barang barang sehingga menciptakan ruang yang cukup di rumah.

Rumah yang cukup ruang dan tidak penuh barang akan memberikan lebih banyak kebahagiaan daripada ketika rumah kita penuh dengan barang. Rumah yang sedikit barang juga akan memberi kita banyak waktu dan keleluasaan untuk mengembangkan diri. Sebaiknya, apa yang terjadi jika rumah banyak barang, apalgi sampai bertumpuk-tumpuk? Bisa memicu stress. Hal tersebut lantaan ketika kita memiliki banyak barang, maka kita harus rajin merawat dan membersihkan barang itu agar tidak cepat rusak dan kotor. Kita juga perlu mengeluarkan biaya untuk merawat barang-barang tersebut. Jika barang barang itu rusak, harus kita bagaimanakan barang itu agar tidak merusak pemandangan rumah dan merusak lingkungan?

Penulis juga menekankan bahwa tidak semua barang harus kita miliki. Milikilah barang yang memang benar-benar menjadi kebutuhan kita. Kita tidak harus memiliki koleksi lukisan-likusan karya maestro jika kita bisa mengunjungi museum untuk menikmatinya. Kita bisa untuk tidak mengambil hadiah piring cantik ketika membeli detergen. Bukankah piring di rumah sudah banyak? Cobalah untuk tidak membeli barang-barang serupa dengan yang ada di rumah. Tidak semua ruangan harus diisi dengan meja dan kursi. Tidak setiap sudut rumah harus diisi dengan barang. Tidak semua buku harus dimiliki jika kita bisa meminjamnya di perpustakaan. Kita bisa memiliki buku tanpa harus menambah barang di rumah dengan membeli e-book. Kalau yang ini sih, saya belum bisa, hehehe…

Mengapa Buku Ini Perlu Dibaca?

Membaca buku Seni Hidup Minimalis memberikan kita pandangan baru megnenai gaya hidup. Buku ini mengajarkan kita untuk hidup lebih bahagia dan menjaga alam dengan memiliki sedikit barang. Apalagi bagi kita yang masih suka belanja impulsif tanpa memperhatikan itu kebutuhan atau sekedar keinginan. Selain itu, buku ini juga memberikan tips-tips agar kita tidak tergoda untuk sering belanja barang baru tapi masih menimbun barang yang lama.

Eits, tapi kan kita tidak mungkin menggunakan barang lama terus menerus sampai usang. Memang ada masanya kita pasti perlu membeli barang baru. Nah, buku ini juga memberikan tips bagaimana mengelola barang-barang baru yang masuk agar tidak memenuhi isi rumah. Agar rumah tetap terasa lapang.

Satu hal lagi yang menjadikan buku ini harus masuk di wishlist buku kamu adalah, buku ini memberikan kita dorongan untuk menciptakan gaya hidup zerowaste. Seni hidup minimalis akan membuat kita peduli dengan lingkungan. Membuang dalam mengurangi barang di rumah bukan berarti membuag ke tempat sampah. Tapi ke luar rumah untuk kemudian kita kirimkan ke pendaur ulang, atau kita sendiri yang mengolahnya.

Buku ini cocok untuk siapa?

Buku ini cocok untuk dibaca segala umur dan menjadi bacaan untuk anggota keluarga. Dengan mengajak anggota keluarga untuk membaca buku ini, maka sinergi untuk hidup minimalis akan terbangun di rumah. Atau bisa juga menjadi teman ketika dalam perjalanan atau saat sedang santai-santai sambil minum teh. Buku ini juga cocok dibaca oleh orang-orang yang suka berbelanja banyak barang.