petualangan jack dan piggy natal
fiksi,  ulasan

Review Petualangan Jack dan Piggy Natal (The Christmas Pig)

Petualangan Jack dan Piggy Natal (The Christmas Pig)

Petualangan Jack dan Piggy Natal adalah terjemahan dari The Christmas Pig, buku terbaru J.K. Rowling. Kali ini J.K. Rowling tidak menyajikan cerita bernuansa sihir seperti masterpiece-nya, Harry Potter. Akan tetapi, cerita J.K. Rowling kali ini lebih cenderung ke petualangan. Meski tidak lagi memasukkan unsur sihir ke dalam ceritanya, novel J.K. Rowling yang berjudul asli The Christmas Pig ini masih dikategorikan sebagai novel fantasi, seperti karya-karyanya yang lain.

Berikut ulasan dari novel Petualangan Jack dan Piggy Natal atau The Christmas Pig. Seperti biasa, bagian awal akan dimulai dengan identitas buku.

Identitas Buku

Judul: Petualangan Jack dan Piggy Natal (The Christmas Pig)

Pengarang: J.K. Rowling

Penerjemah: Dini Pandia, Nina Andiana

Ilustrator: Jim Field

Tahun terbit: 2021

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Ukuran buku: 352 hlm; 20 cm

ISBN: 978 602 06 5706 6

Sinopsis Petualangan Jack dan Piggy Natal (The Christmas Pig)

Jack memiliki sebuah boneka babi yang ia beri nama Si Piggy, disingkat SP. Jack sangat menyayangi SP. Begitu pula SP sangat meyayangi Jack. SP memang tidak berbicara, tetapi Jack bisa merasakan bahwa SP juga sangat menyayanginya dan selalu mendengarkan keluh-kesahnya tanpa menghakimi. Bagi Jack, SP lah yang bisa mengerti di saat semua orang tidak mengerti dengan apa yang ia rasakan.

Jack merasa sedih ketika orang tuanya harus bercerai. Jack tinggal bersama Mum dan kakek-neneknya. Lalu Mum menikah lagi. Ternyata, ayah tiri Jack adalah ayah dari temannya, Holly. Jack akhirnya menjadi adik Holly. Pada saat pertama kali bertemu di sekolah, Holly sangat baik pada Jack. Akan tetapi, setelah menjadi kakaknya, Holly menjadi tidak suka dengan Jack. Ia marah karena menganggap Jack telah merebut kasih sayang orang tuanya dan mungkin juga karena perceraian orang tuanya yang tidak ia harapkan. Suatu hari, saat Holly dan Jack bertengkar, Holly membuang SP ke luar mobil. Jack sangat marah. SP tidak ditemukan meski telah dicari-cari oleh Grandpa.

Akhirnya, untuk menebus kesalahannya, Holly membelikan Jack boneka piggy baru diantar Grandpa. Akan tetapi Jack tidak menyukai boneka Piggy yang baru. Grandpa menyebutnya Piggy Natal. Ia sama dengan SP. Akan tetapi, boneka yang masih baru, gemuk, dan berwarna pink itu tidak bisa menggantikan SP. Jack lalu melempar boneka itu dan menginjaknya, bahkan akan mencopot kepala Piggy Natal sampai putus. Hingga pada malam natal, Jack berencana untuk mencari SP ketika semua orang telah tertidur. Ia akan nekat keluar rumah demi mendapatkan SP. Saat itu pula tiba-tiba benda-benda di kamarnya menjadi bernyawa, termasuk Piggy Natal. Jack terkejut dan heran. Mereka memberitahu di mana SP berada. Akhirnya, Piggy Natal dengan tulus menemani Jack untuk mencari SP. Di sinilah petualangan Jack dan Piggy Natal dimulai. Mereka mencari SP di Tanah yang Terhilang, tempat benda dan segala sesuatu yang hilang berada.

Review Petualangan Jack dan Piggy Natal (The Christmas Pig)

Pernahkah teman-teman membayangkan ke mana perginya barang-barang kita yang hilang? Atau barang-barang yang kita lupa menaruhnya? Inilah yang diceritakan oleh J.K Rowling. Ternyata perjalanan barang yang hilang bisa dikemas menjadi cerita menarik. Seperti perjalanan manusia dari alam barzah ke akhirat saja, astagfirullah. Itu yang terlintas di imajinasiku ketika membaca cerita ini. Sebelum mengulasnya lebih jauh, kuperkenalkan dengan beberapa tokoh penting dalam cerita ini, biar tidak bingung. Mulai dari yang paling penting.

Beberapa Tokoh di Cerita Petualangan Jack dan Piggy Natal

  • Jack, anak laki-laki, pemilik SP
  • SP, boneka piggy milik Jack yang sudah lusuh dan matanya diganti dengan kancing bekas
  • PN, Piggy Natal, boneka Piggy baru yang menemani Jack berpetualang mencari SP di Tanah yang Terhilang
  • Sang Penghilang, pemilik Tanah yang Terhilang
  • Pengatur Kehilangan, bawahan Sang Penghilang yang bertugas mengatur keberadaan benda-benda agar berada di tempat yang sesuai dan menangkap benda-benda yang melanggar aturan di Tanah yang Terhilang

Sementara, itu dulu untuk tokoh-tokohnya. Yang lain bisa teman-teman baca sendiri di bukunya, hehehe. Masa diceritakan semua, jadinya nulis ulang bukunya dong, bukan mengulas.

Kemudian hal lain yang penting adalah latar cerita. Pada awalnya, cerita ini berlatar di tempat-tempat yang ada di dunia nyata, seperti sekolah, rumah, dan pantai. Tapi ketika Jack berpetualang dengan Piggy Natal, latar berubah menjadi Tanah yang Terhilang, tempat fantasi tempat benda-benda yang hilang berada. Di Tanah yang Terhilang ini ada beberapa kota. Untuk yang ini, teman-teman bisa membacanya sendiri, biar terkejut meskipun tidak kaget.

Nah, sudah ada sedikit gambaran, kan.

Jalan Cerita

Perjalanan barang-barang yang hilang dan kesedihan mereka ketika ditinggalkan pemiliknya membuatku teringat pada nasehat orang tua, “kalau makan, nasinya dihabiskan. Kalau tidak dihabiskan, nasinya akan menangis.”

Ini seperti barang-barang yang hilang atau dilupakan oleh pemiliknya. Di Petualangan Jack dan Piggy Natal, barang-barang yang hilang akan bersedih karena mereka merasa tidak lagi dibutuhkan dan dipedulikan oleh pemiliknya. Ketika mereka dibuang, mereka akan pergi ke Tanah yang Terhilang.

Tidak ada yang peduli dengan apa yang manusia hilangkan…” 

(hlm. 208).

Cerita ini sudah memberikan kesan dramatis sejak bagian awal, dengan rasa sayang Jack pada SP meskipun SP telah menjadi lusuh dan sering masuk mesin cuci. Mata SP juga sudah tidak asli lagi, sudah diganti dengan dua kancing yang dijahit oleh Mum, ibu Jack. Telinganya sudah melengkung dan badannya tidak lagi gemuk seperti boneka baru. Tetapi Jack sangat menyayangi SP. Bagi Jack, SP selalu mengerti apa yang Jack rasakan meskipun Jack tidak menceritakannya pada SP dan SP tak pernah berbicara pada Jack. SP mengerti dalam diam.

Akan tetapi, jalan ceritanya terasa melambat ketika di pertengahan. Nama-nama tempat dan penghuni di Tanah yang Terhilang juga harus memuatku beberapa kali membalik halaman sebelumnya karena lupa. Meskipun demikian, bagian akhir dari cerita ini cukup mengembalikan greget karena konflik kembali naik. Bagian akhir cerita juga kembali memberikan suasana dramatis.

Cerita anak biasanya memberikan ending yang membahagiakan pembaca, entah bagaimana bentuknya. Begitu pula dengan The Christmas Pig, meski terasa ada yang dikorbankan dan membuat Jack seolah menempuh perjalanan sia-sia.

Tetapi dari ending cerita tersebut, penulis seolah ingin mengatakan bahwa kita tidak semua yang kita inginkan bisa kita miliki, kadang kita perlu mengorbankan sesuatu yang berharga untuk mendapatkan hal lain yang kita inginkan.

Bagian Menarik

Bagian menarik dari cerita Petualangan Jack dan Piggy Natal ini menurutku adalah ketika penulis tidak hanya memasukkan benda-benda yang memiliki wujud ke dalam Tanah yang Terhilang, tetapi juga benda yang berasal dari sifat-sifat manusia seperti Ambisi, Kekuatan, Keindahan, Optimisme, Ingatan, dan Prinsip, bahkan juga Kebahagiaan dan Harapan. Mereka juga dipersonifikasikan menjadi tokoh-tokoh cerita.

Tokoh-tokoh tersebut dibuat seolah-olah untuk menyindir keserakahan dan ketidakpedulian manusia dari kacamata benda-benda dan sesuatu hal yang terbuang.

Terjemahan buku ini enak dibaca. Pada awalnya aku bertanya-tanya dengan terjemahan novel The Christmas Pig ini. Mengapa menjadi “Petualangan Jack dan Piggy Natal”. Mengapa tidak “Petualangan Natal Jack Piggy” atau “Hari Natal Jack dan Piggy”. Mengapa “Natal”-nya di belakang. Ternyata itu adalah bagian dari nama tokoh. Terjemahan dari nama Chritmas Pig, menjadi Piggy Natal. Penerjemah memang menerjemahkan nama tokoh dan tempat ke dalam bahasa Indonesia, tetapi tetap pantas, seperti tokoh Dur Pig (DP) menjadi Si Piggy (SP), dan Christmas Pig (CP) menjadi Piggy Natal (PN). Begitu juga dengan terjemahan puisinya, rima-rimanya masih dipertahankan.

Novel Petualangan Jack dan Piggy Natal ini cocok untuk para anak-anak maupun orang dewasa yang menyukai cerita fantasi dan petualangan. Yang belum menyukai genre tersebut juga sah-sah saja mencoba membacanya. Siapa tahu bisa cocok dan menemukan hal baru.

Ulasan ini mungkin masih terlalu mengambang. Aku membaca dan mengulasnya di tengah reading slump. Jadi, jika nanti aku sudah menemukan ide atau makna baru dari cerita ini, aku akan memperbaruinya.

Teman-teman pernah membaca The Christmas Pig, atau Petualangan Jack dan Piggy Natal juga? Bagaimana pendapat teman-teman?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *