Sinopsis dan Ulasan Of Mice and Men (Tikus dan Manusia) – John Steinbeck
Sinopsis dan Ulasan Of Mice and Men (Tikus dan Manusia)- John Steinbeck –
Novel Of Mice and Men adalah novel klasik yang ditulis oleh John Steinbeck, penulis Amerika Serikat, tahun 1937. Of Mice and Men ini lebih banyak disebut sebagai novela daripada novel karena memang halamannya yang tidak begitu tebal. Akan tetapi apapaun bentuknya, buku yang terjemahannya berjudul Tikus dan Manusia ini perlu untuk kita baca dan apresiasi. Buku ini juga bisa dibaca di Ipusnas ya, teman-teman.
Novel of Mice and Men ini juga kuikutkan dalam tantangan baca klasik Gramedia Pustaka Utama di Instagram. Hanya saja pada fotonya, aku lupa menyertakan kartu pos baca klasiknya. Ini sudah kesekian kali aku lupa.Perlu diketahui bahwa tulisan ini adalah unggahan ulang dari review novel Of Mice and Men yang pernah kuunggah beberapa hari yang lalu. Akan tetapi, review novel Of Mice and Men yang sudah kuunggah sebelumnya terhapus setelah aku memperbarui PHP karena aku tidak melakukan back up file. Sedih sekali sebenarnya, apalagi komentarnya banyak, #eh. Mau tidak mau, aku harus menulis ulang ulasannya. Karena aku agak lupa dengan sebagian isi ulasan sebelumnya, ulasan novel Of Mice and Men yang sekarang agak berbeda dengan yang sebelumnya. Tetapi garis besarnya masih sama kok.
Identitas Buku
Judul: Of Mice and Men
Pengarang: John Steinbeck
Penerjemah: Ariyantri E. Tarman
Tahun terbit: 2007
Penerbit: Gramedi Pustaka Utama
Ukuran buku: 144 hlm; 20 cm
EISBN: 978 602 03 9667 5
Sinopsis Novel Of Mice And Men (Tikus dan Manusia) – John Steinbeck
Of Mice and Men menceritakan tentang dua sahabat pekerja peternakan bernama George dan Lennie. Goerge bertubuh kecil dan Lennie bertubuh besar tetapi pikirannya seperti anak kecil karena penyakit mentalnya. Mereka berdua selalu bersama kemanapun mereka pergi. Oleh karena itu, Lennie selalu menuruti apa kata George. Begitu pula George yang selalu berusaha menjaga Lennie dan mengarahkannya tentang apa yang harus ia lakukan agar tidak terkena masalah di tempat kerja yang keras dan tidak cocok untuk orang seperti Lennie.
Mereka punya mimpi untuk memiliki tanah sendiri dan memiliki kehidupan yang layak. Akan tetapi, suatu hari, Lennie kembali terlibat masalah dengan istri Curley, anak bosnya. Meski Lennie terkena masalah bukan karena kesalahannya, akan tetapi masalah tersebut tidak bisa diselesaikan dengan mudah. Geroge ingin menyelamatkan Lennie. Ia tidak ingin Curley dan orang-orang peternakan menyakiti Lennie yang tidak tahu apa-apa tentang masalah hidup. Akan tetapi, ia harus siap menanggung resiko kehilangan pekerjaannya lagi dan tidak punya kesempatan untuk mewujudkan mimpinya.
Ulasan Novel Of Mice and Men (Tikus dan Manusia) – John Steinbeck
Cerita ini berjudul “Of Mice and Men” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Tikus dan manusia”. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah tikus dalam judul tersebut menggunakan kata “mice” bukan “mouse”. Mice berarti adalah tikus dalam jumlah lebih dari satu (plural).
Jika kita telusuri maknanya, tikus adalah hewan yang kecil, pengerat, dan pandai menyelinap untuk mencari makan dan lolos dari berbagai rintangan termasuk manusia dan makhluk lain yang bisa memangsanya seperti kucing. Tikus memiliki banyak cara untuk bertahan hidup meskipun banyak rintangan dan tantangan. Dalam wordbids.com disebutkan bahwa tikus bagi orang Amerika menyimbolkan sebuah mahkluk kecil yang fleksibel dalam segala hal meskipun tubuhnya kecil.
Tikus juga menjadi hewan yang disukai Lennie. Ia kerap menangkap tikus diam-diam dan menyimpannya di saku sampai mati agar George tidak mengetahuinya. Akan tetapi tikus-tikus yang ditangkapnya selalu ketahuan dan George segera memintanya untuk membuangnya. George selalu menceritakan impian mereka, jika mereka memiliki tanah, Lennie dapat memiliki piaraan yang lebih baik dari tikus, seperti kelinci. Akhirnya Lennie pun ingin memiliki kelinci. Ketika di lingkungan peternakan, bertambah muluklah mimpinya. Lennie ingin merawat anak anjing yang ditawarkan oleh Slim. Akan tetapi untuk seekor tikus pun Lennie tak bisa memilikinya. Apalagi dengan seekor kelinci dan anak anjing. Impiannya tidak sampai. Sama seperti impian orang-orang peternakan akan sepetak tanah. Seperti tikus-tikus Lennie yang selalu mati dan akhirnya dibuang.
Jadi, judul novel ini sebenarnya merupakan gambaran dari cerita ini. George dan Lennie adalah dua orang buruh yang terusir dari tempat kerjanya karena masalah yang tidak disengaja oleh Lennie. Mereka harus mencari pekerjaan untuk bertahan hidup. Bahkan mereka sempat tidur di tanah ketika istiraat dari perjalanannya menuju tempat kerja yang baru. Mereka tetap harus bertahan dengan apa yang ada di sekeliling mereka dan sedikit harta yang mereka miliki di tengah kehidupan yang keras. Seperti tikus yang harus bisa beradaptasi dalam segala keadaan. Sepertinya tikus juga menyimbolkan ending dari cerita ini.
Novel ini terbit pada era depresi besar (The Great Depressions) di Amerika Serikat, ketika ekonomi mereka anjlok. Krisis ini menyebabkan banyak pengangguran. Masyarakat sulit mendapatkan pekerjaan. Tunawisma semakin bertambah. John Steinbeck, sang penulis novel, sering mencantumkan kritik sosial di berbagai karyanya. Of Mice and Men adalah salah satunya. Berdasarkan informasi dari berbagai media, novel ini menuia kontroversi karena memuat isu-isu sensitif seperti kekerasan, rasisme, dan penyakit mental. Aku tidak tahu buku Of Mice and Men yang ada di tanganku ini yang sensoran atau bukan. Kalaupun bukan, kurasa novel ini masih wajar-wajar saja. Mungkin karena aku tidak membacanya pada masa novel ini diterbitkan, jadi beda rasa.
George dan Lennie adalah bagian dari masyarakat yang terdampak dari krisis. Meski penulis tidak menjelaskan secara terang-terangan, akan tetapi kemelut yang dihadapi George dan dan orang-orang peternakan secara tidak langsung menggambarkan keadaan tersebut.
“Orang-orang seperti kita, yang bekerja di peternakan, adalah orang-orang paling kesepian di dunia. Mereka tidak punya keluarga. Mereka tidak cocok di tempat manapun. Mereka datang ke peternakan dan bekerja keras, lalu pergi ke kota dan menghamburkan hasil kerja keras mereka, lalu setelahnya mereka banting tulang lagi di peternakan lain. Mereka tidak punya cita-cita.” (hlm. 23).
Memang, mereka punya mimpi untuk memiliki tanah sendiri yang makmur. Tetapi sepertinya impian semacam itu adalah hal yang terlalu muluk bagi para buruh peternakan. Gaji mereka selalu habis sebelum sempat ditabung. Linkungan kerja dan hidup yang keras membuat mereka merasa memerlukan hiburan di tengah tuntutan hidup. Oleh karena itu mereka lebih memilih untuk menghabiskan uangnya di rumah bordil daripada ditabung. Oleh karena itu, Crooks, salah satu pekerja di peternakan pun merespon dengan sinis dan pesimis ketika George mengungkapkan impiannya kepada Crooks.
“…, dan setiap orang itu punya tanah kecil di kepala mereka. Dan tidak ada satu orang terkutuk pun yang berhasil mendapatkannya. Sama seperti surga. Semua orang ingin sedikit tanah. Aku baca banyak buku di sini. Tidak ada yang masuk surga dan tidak ada yang dapat tanah. Semua ini hanya ada di kepala mereka.” (hlm. 100).
Selain itu, permasalahan di lingkungan peternakan yang digambarkan penulis adalah pekerja kulit hitam yang tidak pernah mau bergabung dengan oara pekerja kulit putih. Crooks namanya. Ia selalu menyendiri dan tidak pernah mau berbaur dengan pekerja lain karena ia berkulit hitam. Rupanya sentimen rasisme masih membekas di dalam benak Crooks. Sebagai pekerja kulit hitam, ia masih mendapat diskriminasi dari tuannya yang merupakan kulit putih. Ancaman istri Curley terhadap Crooks ketika Crooks melarangnya masuk ke kamarnya karena ia berkulit putih adalah salah satu gambaran dari keadaan tersebut.
“Perempuan it menghampiri Crooks. ‘Kau tahu apa yang bisa kulakukan?’ … Crooks sepertinya menciut dan menekankan punggungnya ke dinding. ‘Ya, Ma’am.’ … ‘Nah, kau harus tahu diri Negro. Aku bisa membuatmu digantungdi pohon dengan gampang sampai-sampai tak akan terasa lucu lagi.’”
Penciptaan karakter Lennie yang mengalami gangguan mental menjadi salah satu hal yang membuat cerita ini menarik. Orang-orang seperti Lennie rentan dimanfaatkan dan dibodoh-bodohi. Mereka juga sulit mendapatkan pekerjaan karena dianggap akan menyusahkan dan tidak bisa diandalkan. Apalagi di tengah hidup yang sulit. Orang biasa seperti George saja sulit mendapatkan pekerjaan, apalagi orang seperti Lennie.
Novel ini diterjemahkan dengan cukup bagus. Bahasanya menyentuh meskipun realistis. Alur cerita ini mengalir dan natural. Persahabatan George dan Lennie bikin terenyuh. Ada nada haru, memprihatinkan, tapi kadang juga lucu. Sebuah novel tidak harus menggunakan bahasa yang rumit, bertele-tele atau tinggi untuk dikatakan berbobot. Justru penulis itu jenius jika bisa mengungkapkan permasalahan yang berbobot ke dalam bahasa yang ringan, mudah dipahami, mengalir, dan menyentuh. Karya John Steinbeck ini adalah salah satu dari novel tersebut.
Novel ini memang menyisipkan beberapa simbol. Akan tetapi, simbol-simbol tersebut tidak membuat pembaca sampai berkerut-kerut memahaminya. Bahkan hampir tidak kentara. Karena memang ceritanya mengalir begitu saja.
Ketika aku mengatakan bahwa novel ini menceritakan tentang impan tak sampai para pekerja peternakan, aku tidak sedang membicarakan ending-nya ya, teman-teman. Endingnya bisa teman-teman baca sendiri di ceritanya. Bagiku sih, ending-nya tidak terduga.
Referensi
Clifford, Grath C. Mouse Symbolism & Meaning (+Totem, Sprit & Omens). 2021. www.worldbid.com